Harry Mulya Zein: Kota Tangerang Harus Lebih Inovatif
Kota Tangerang dikenal sebagai Kota Akhlakul Karimah. Perda 7 dan 8 tentang larangan pelacuran dan minuman keras menjadi salah alat menopang motto mulia tersebut. Selanjutnya? Berikut curahan dari HatikeHati Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang Harry Mulya Zein tentang Kota Tangerang ke depan.
Sembilan tahun memegang amanah sebagai Sekretaris daerah tentu saja bukan rentang waktu singkat buat Harry Mulya Zein. Karenanya tak perlu heran bila selama itu, ia banyak mengecap manis asamnya berkhidmat di Kota Tangerang. Lebih-lebih, darah birokrat yang mengalir dalam dirinya membuatnya seolah-olah mengulang perjalanan ayahnya.
”Ayah saya mengawali karir sebagai birokrat dari bawah, saya pun begitu, mengawali dari bawah juga sampai akhirnya sekarang sudah sembilan tahun menjadi Sekda,” katanya saat mengawali perbincangan dengan awak redaksi Satelit News, Jumat (20/4) lalu yang dipandu Redaktur Senior Ikhsan Tamara.
Harry mengatakan, meski orangtuanya lebih banyak mengabdikan diri di Pandeglang, namun baginya, ada energi kuat yang membuat dirinya begitu terasa dekat dengan Kota Tangerang. ”Bagaimana ceritanya? Dulu kakek saya itu menikah dengan orang Poris, tetapi memang tidak sampai keturunan. Nah kalau selama ini bagaimana ceritanya saya ada keturunan Betawi, ya dari itulah asal muasalnya,” kata pria kelahiran Pandeglang 19 Juli 1960 ini.
Energi kuat itu pula yang membuat dirinya bersama pimpinannya bisa ’berjihad’ untuk terus mengabdikan diri demi kemajuan Kota Tangerang. Padahal katanya, dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia bisa saja mencari keuntungan individu.
”Sebagai Sekda, saya bisa saja memanfaatkan jabatan saya untuk mengambil kesempatan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, dan itu terbuka lebar. Tapi saya tidak mau, saya ingat nasihat almarhum KH Zaenuddin MZ. Beliau mengatakan barang siapa yang mempunyai kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi (negatif), tetapi dia tidak mau, itulah yang disebut jihad,” tambahnya.
Namun begitu, ia tidak memungkiri ketika menjabat Sekda inilah, ayah dari Salsabila Masturina dan Muhamad Khaeruzy Dzaki Hariri ini mendapatkan sesuatu yang sangat diidam-idamkannya, apa itu? ”Saya bisa menyelesaikan program doktor saya, dulu waktu masih menjabat Kabag Pemerintahan, saya mendapatkan kenang-kenangan bisa menyelesaikan S-2 saya. Itu adalah bekal saya kelak,” katanya lagi.
Baginya, bisa meneruskan sekolah adalah sesuatu yang sangat berharga, sehingga selama masih mampu, ia bercita-cita akan mengejar sampai di mana pun jenjang pendidikan tertinggi. ”Mungkin kalau ada S4 sampai S5 pun akan saya ambil juga,” ujar doktor Ilmu Pemerintahan Unpad Bandung ini seraya dibarengi gelak tawa awak redaksi Satelit News.
Meski berhasil merengkuh gelar tinggi, namun pantang bagi dirinya menganggap rendah kemampuan orang lain. ”Mungkin saat itu, orang yang kita anggap remeh tidak ada apa-apanya, tapi siapa tahu ke depan orang itu belajar dan terus belajar dan justru mengalahkan kita,” katanya.
Mengawali karir dari bawah pula, Harry tak hanya paham soal tanggungjawab kerja semata. Namun bagaimana menerjemahkan perintah atasan dalam bentuk kerja nyata adalah sebuah keharusan. ’Mampu membaca suasana kebatinan pimpinan’ begitulah dia mengistilahkan chemestry yang terbangun selama ini. Karenanya, dia pun mengaku tidak kesulitan saat membangun sinergi dengan atasanya Walikota Wahidin Halim dan Wakil Walikota Arief R Wismansyah.
Terlebih lagi, dengan kehadiran Wakil Walikota yang berlatar belakang dunia usaha bagai memberi ’warna baru’ dalam pemerintahan daerah berjuluk kota Akhlakul Karimah ini. ”Mungkin kalau sesama birokrat, pikirannya lempeng saja, tetapi dengan kehadiran Pak Wakil yang dari dunia usaha, membuat semua termotivasi. Masa’ yang dari dunia usaha saja bisa bekerja, kita enggak,” katanya lagi.
Berkat kerja keras tim itupula, Kota Tangerang akhirnya mampu menyalip daerah-daerah lain di Banten, terutama dalam pembangunan dunia pendidikan, infrastruktur dan bidang kesehatan. Karenanya ia pun mengabaikan kabar burung perihal disharmonisasi hubungannya dengan atasan yang dihembuskan oleh beberapa kalangan di luar.
Berbicara soal Kota Tangerang ke depan, ia pun bercita-cita masyarakat ke depan adalah masyarakat yang terbangun atas dasar kreatifitas. Tidak semata-mata mengandalkan pembangunan bersumber pada APBD. ”Jika selama ini walikota sudah menanamkan dasar-dasar Akhlakul Karimah, maka tugas ke depan adalah bagaimana caranya agar terbangun masyarakat yang juga memiliki kreatifitas untuk meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Agar jangan sampai masyarakat yang sudah berakhlakul karimah sekarang ini melenceng gara-gara tingkat kesejahteraannya,” terangnya.
APBD, katanya, haruslah diupayakan sebagai stimulus pembangunan ekonomi kerakyatan, seperti program pembinaan dan pendampingan serta pemberian modal bagi masyarakat. ”Kalau selama ini banyak pemborong yang mengandalkan proyek-proyek bersumber APBD, maka ke depan proyek seperti itu hanya untuk stimulus saja masyarakat ke depan adalah masyarakat yang inovatif,” tambahnya.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah percepatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Dan tentu saja adalah kebijakan mempermudah penanaman modal di Kota Tangerang. (*)