TPST Jatiwaringin Diguyur Rp 1,3 T

TANGERANG, SNOL Kerjasama Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang dengan PT Arax dari Jepang untuk pengolahan sampah terpadu di Jatiwaringin menunjukkan kemajuan. Pemkab akan membebaskan lahan seluas 100 hektar di Kecamatan Mauk dan Sukadiri, untuk mewujudkan proyek pengolahan sampah terpadu tersebut.
Kepala DKPP Kabupaten Tangerang Agus Suryana mengatakan, dalam proyek ini Kabupaten Tangerang hanya menyiapkan lahannya saja. Sedangkan dana untuk pembebasan lahan akan ditanggung PT Arax. Kerjasama dengan nilai investasi Rp 1,3 triliun ini, menurut Agus, akan melibatkan wilayah DKI Jakarta dengan wilayah penyangga ibukota lainnya seperti Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dan Kota Tangerang.
“Karena ini bisnis murni dan segala sesuatunya ditanggung investor, yang mengatur segala teknisnya adalah investor dari Jepang itu. Lahan 100 hektar sudah kami siapkan,” tegas Agus kepada wartawan, kemarin.
Jika kerjasama pengolahan sampah ini terealisasi, kata Agus, proyek pengolahan sampah terpadu ini membutuhkan sekitar 3000-5000 ton sampah perharinya. Sampah akan dipilah, dikelola menjadi listrik, gas dan kompos. Kebutuhan akan sampah tersebut bisa didapat dari wilayah Jakarta dan wilayah lainnya seperti Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang sendiri.
Secara terpisah, Kepala Dinas Tata Ruang Kabupaten Tangerang Akip Samsudin mengatakan, kebutuhan lahan untuk proyek pengolahan sampah tersebut sangat memungkinkan. Sebab, dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Tangerang, wilayah pengolahan sampah telah diperluas di empat kecamatan meliputi, Mauk, Rajeg, Kemiri dan Sukadiri. “Jadi sangat mungkin diperluas sesuai dengan kebutuhan,” katanya.
Apalagi, lanjut Akip, secara tata ruang wilayah tersebut memang sudah diperuntukkan untuk pengolahan sampah terpadu. Proyek pengelolaan sampah TPA Jatiwaringin, menurut Akip, nantinya akan sangat terbuka bagi daerah lain yang ingin bekerjasama dalam pengolahan sampah.
Kabupaten Tangerang saat ini mulai kewalahan mengatasi sampah di wilayah tersebut. Minimnya sarana yang menyebabkan banyak sampah yang tidak terangkut setiap harinya. Dari 800 meterkubik sampah setiap harinya, 30 persennya tercecer tidak terangkut.(fajar aditya/fah)