Bercocok Tanam dan Bermain di Padang Ilalang ala Sekolah Alam Madinah
Bermain di air, bercocok tanam, hingga mengaji di dalam surau. Itulah sepenggal kegiatan dipagi hari di Sekolah Alam Madinah, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Walaupun kegiatan sekolah hingga jam empat sore, ternyata tidak membuat para siswanya merasa bosan berada lama-lama di sekolah.
Jam di dinding menunjukkan pukul 7.15 Wib, aktivitas sekolah yang berada di jalan Jelupang Raya no. 20 itu pun sudah dimulai. Mereka mengenal istilah morning activity, setiap kegiatan dari tingkatan kelas dibuat berbeda atau ditukar.
Seperti yang terlihat di kelas tiga, para siswanya asyik berkebun di belakang sekolah. Mereka menyebutnya dengan garden fills. Pada jam tersebut siswa dibimbing kepala sekolah yang juga pembina mereka, Susi Hartanti, untuk mencabut atau memanen tumbuhan kacang tanah.
“Miss, kok kacangnya ada di dalam tanah?” tanya seorang anak polos sambil melihat kacang yang dicabutnya, menyatu dengan tanah dan akar pohon tersebut. Saat itulah, tugas seorang pembina atau guru menjelaskan tentang pertumbuhan kacang hingga seorang petani bisa memperoleh hasilnya.
Belum lagi siswa kelas lima yang diajak bermain menyusuri ilalang di belakang sekolah mereka. Saat bertemu aliran sungai kecil yang jernih airnya, seketika siswa tersebut diajak berkubang oleh guru yang mendampingi mereka.
Bukannya protes yang didapat, malah anak-anak tersebut bermain dengan riang dengan sesama temannya. Kalaupun harus bermain di halaman, sekolah yang sudah berdiri menginjak tahun ketujuh itu menyediakan area outbond lengkap.
“Kami mempunyai konsep alam sebagai tempat belajar. Anak bisa duduk di lantai namun tetap dijaga kebersihannya, dan bisa berlari kemana pikiran mereka mengajak,” jelas Susi.
Namun tidak perlu khawatir dengan kurikulum yang ada. Sekolah Alam tersebut menyediakan tiga kurikulum mandiri yang dipraktekan pada ratusan siswanya. Pertama, kurikulum yang ditetapkan pemerintah atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KDSP).
Kedua, kurikulum akhlakul karimah atau berbasis Islam, dan terakhir life skill atau kecakapan hidup. “Anak didik kami diajarkan kemandirian, tangguh, dan berani ambil resiko dikehidupan sehari-hari mereka,” ujarnya.
Sementara itu, psikolog anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto mendukung penuh keberadaan sekolah alam. Menurutnya sekolah tersebut bisa membantu menyeimbangkan otak kanan dan kiri anak.
“Motorik dan kecerdasan dalam teori, di sekolah alam kedua hal tersebut bisa didapat seorang anak,” ujarnya. Alam, lanjutnya, bisa membuat si anak bergerak bebas menemukan apapun yang dia pikirkan dan mempraktekkan apa yang dipelajari oleh gurunya. (pramita/jarkasih)