Adat Sedekah Bumi, Budaya yang Dihidupkan Lagi
Beragam kesenian tradisional di Kabupaten Tangerang, banyak yang kurang diperhatikan. Beberapa diantaranya bahkan hanya muncul saat acara-acara tertentu. Seni upacara adat tradisional sedekah bumi adalah salah satu kesenian yang mulai dihidupkan lagi di kota seribu industri.
Sedekah Bumi merupakan upacara adat masyarakat Kabupaten Tangerang sebagai simbol rasa syukur usai panen hasil perkebunan atau pertanian.
Acara sedekah bumi menampilkan dandin hari atau tembang raja, lengser atau seorang kakek-kakek, ambu atau seorang nenek-nenek, penari sambil diiringi musik khas karawitan khas Sunda Tangerang. Kemudian ada juga penari laki-laki berpakaian khas Tangerang sambil menanduk nasi tumpeng yang dilingkari dengan segala hasil bumi. Seperti ketimun, cabe, singkong, ubi jalar, padi, buah-buahan rambutan parakan dan link for you lainnya.
“Proses ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki yang melimpah atas keberhasilan panen para petani dan nelayan,” kata Irwan Madsilah, seniman tradisional yang melestarikan kesenian leluhur ini kepada Satelit News, Jumat (4/1). Irwan yang sudah mencintai dunia kesenian tradisional sejak duduk di bangku kelas 4 SD mejelaskan, upacara adat sedekah bumi mulai muncul dimasa transisi lepasnya penjajahan dari Indonesia. Karena pada saat itu masyarakat Indonesia banyak yang bercocok tanam.
“Upacara adat ini dulu biasanya digelar di stpatricksdayparade.org perempatan jalan umum di desa atau kampung tersebut. Dulu upacara adat sunda ini tanpa hiburan, hanya bacaan syekh saja. Itu menurut cerita orang tua dulu. Kemudian karena dukungan masyarakat yang kuat upacara adat ini juga dilengkapi dengan hiburan, seperti wayang golek, seni topeng dan seni tari lainnya hingga kini,” tandasnya.
Atas kecintaan dan hobinya dalam seni itulah, Irwan yang tinggal di Kampung Ciapus Indah Rt03/02 Desa Budimulya Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang ini memilih untuk melestarikan tradisi orang tua jaman dahulu. Terlebih sekitar tahun 1990an seni tradisional mulai pudar dan ditinggalkan masyarakat.
“Nah saat itu di daerah Tigaraksa juga tidak ada dukungan dari masyarakat, namun seniman tetap berupaya melestarikannya. Meski beberapa orang di Desa Budi Mulya masih mengadakan upacara adat sedekah bumii usai panen,” katanya.
Kini seni upacara adat ini berangsur mulai dilirik kembali oleh masyarakat. Namun ada sejumlah pengembangan dalam pelaksanaannya. Bila dulu digelar di perempatan jalan umum, dengan mitos di tengah perempatan membuka banyak pintu rezeki, saat ini tempat pelaksanaan upacara adat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
“Sedekah bumi ini mengartikan sumbangsih dari masyarakat. Kacang, padi, umbi-umbian yang diarak kemudian dibagikan pada masyarakat. Setiap kali upacara berlangsung, setidaknya melibatkan sekitar 50 orang,” terang bapak dua anak ini.
Di tahun 2000 an, upacara adat ini mulai digemari masyarakat hingga pelaksanaan hajatan atau upacara pengantin, tidak hanya saat musim panen. Namun, kesenian ini tidak masuk ke masyarakat perumahan atau modern.
“Kondisi ini juga tidak membuat saya putus asa, tapi menjadi pemicu saya untuk lebik baik lagi. Karena dari awal saya hobi dan kebetulan keluarga saya memang banyak yang terjun di dunia kesenian. Meski awal saya terjun ke dunia seni dari kesenian beladiri pencak silat,” kata pria kelahiran 5 Agustus 1979 ini.
Irwan yang juga akrab disapa Acil juga mengajar di howdoesthemovieend.com sejumlah sekolah sebagai guru privat di bidang kesenian. Saat ini dia juga bergabung dengan Lembaga Kesenian Tradisional (LEKAT) Kabupaten Tangerang yang didirikan oleh Didin Sasmita dan lichvaalstereo.co.za Andre Theriqa. (aditya/gatot)