Tahun Ini, Tangsel Gagal Raih Adipura

SERPONG, SNOL—Kota Tangerang Selatan (Tangsel) gagal meraih Adipura tahun ini. Tahun lalu, kota yang dipimpin Hj Airin Rachmi Diany itu sempat mencicipi Piagam Adipura. Namun, kegagalan ini sebaiknya harus segera dievaluasi agar mimpin untuk menjadi kota bersih bisa tercapai.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangsel, Rahmat Salam mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan Tangsel gagal meraih penghargaan tertinggi bidang kebersihan itu. “Faktor dan permasalahan yang kami hadapi tahun ini lebih kompleks. Tahun sebelumnya tidak ada, tapi di tahun ini muncul,” ungkap Rahmat Salam, Minggu (8/6).

Misalnya saja soal Terminal Pondok Cabe di Pamulang. Pada tahun lalu sebelum terkena imbas penutupan Terminal Lebak Bulus di Jakarta Selatan, terminal tersebut tutup, rapih, tidak ada lalu lalang bus yang membuat semerawut jalan. Namun keadaan tersebut terjadi ditahun ini. Kemudian menyoali sampah, tahun lalu TPA Cipeucang kondisinya tidak penuh seperti saat ini. Rahmat Salam memprediksi akibat hujan yang turun dengan lebatnya membuat kondisi Cipeucang menghasilkan aroma tak sedap hingga radius berkilo-kilo meter. Juga ditemukannya titik-titik sampah di berbagai kawasan di Kota Tangsel. Seperti jalan protokol, objek wisata, hingga situ.

“Juga soal penertiban pedagang kaki lima di sejumlah pasar tradisional. Kemudian belum diserahkannya aset pasar, membuat kami tidak bisa mengolah sampah di pasar tersebut,” papar Rahmat.

Meski demikian, Rahmat Salam mengaku, Kota Tangsel tahun ini mengalami kenaikan nilai yang signifikan. Dari sebelumnya 71, tahun ini meningkat menjadi 75. “Tapi karena kita ikut kategori di atas kategori tahun sebelumnya, jadi nilai segitu enggak masuk untuk pemenang. Perlu banyak pembenahan lagi,” ujar pria berkacamata ini.

Bebenah dan evaluasi kekurangan atas kekalahan Adipura tahun ini, seharusnya itu yang dilakukan. Namun, Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Muhammad Taher, berkata lain. Menurutnya, di dinasnya sudah melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin untuk persiapan Adipura lalu. “Nilai Adipura itukan semua berkontribusi. Kita cek satu persatu, kekurangan nilainya dimana?” kata Taher saat ditemui seusai Festival Hijau BSD, Minggu (8/6).

Dia menantang untuk melakukan pengecekan kembali nilai pada poin sampah. Dengan penuh percaya diri, Taher mengungkapkan kalau pengolahan sampah di Cipeucang nilainya justru naik dibanding tahun lalu. “Cipeucang naik nilainya, karena sudah ada pengolahan. Silahkan boleh dicek,” ungkap Taher.

Justru, nilai terendah itu pada pengolahan sampah di beberapa pasar tradisional di Kota Tangsel. Seperti Pasar Ciputat, Pasar Cimanggis, Pasar Serpong, dan Pasar Jombang yang keseluruhan pasar tersebut belum diserahkan asetnya kepada Tangsel. “Karena belum diserahkan, selama ini kan kita hanya ngangkut saja ke Cipeucang. Itu nilainya kecil, dibandingkan mengelolanya terlebih dulu sebelum dibuang ke TPA,” kata Taher.

Soal sampah di Pasar, tidak bisa menutup kemungkinan dikarenakan para pedagang kaki lima yang berjualan di sembarang tempat. Hal tersebut pun dijawab Satpol PP Kota Tangsel, sebagai bagian yang berperan untuk menertibkan. “Kalau soal itu, kita sudah menertibkan, tapi kemungkinan para pedagang yang membandel ini kembali berjualan saat tim juri datang menilai,” tutur Kasat Pol PP Azhar Syam’un.

Azhar mengatakan, Satpol PP tidak bisa terus berjaga selama 24 jam menjaga pasar. Dia mengaku butuh peran berbagai pihak yang terlibat langsung ataupun tidak, untuk sama-sama membenahi Tangsel. “Adipura itu kan akumulasi semua aspek, kita coba lagi! Jadikan penilaian tahun ini motivasi kita tahun depan,” pungkasnya. (pramita/deddy)