10 Kepala Daerah Dinilai Layak Jadi Capres

JAKARTA,SNOL Pol-Tracking Institute melakukan riset terhadap potensi figur kepala daerah untuk menjadi calon presiden alternatif. Dari 100 orang kepala daerah berprestasi objek riset, 10 di antaranya dinilai memenuhi syarat.

Mereka dinilai melalui metode uji kelayakan figur yang dilakukan oleh 100 orang juri penilai. Para juri terdiri dari akademisi, pakar, politisi senior, pimpinan LSM, tokoh budaya, praktisi pemerintahan, jurnalis, pengamat dan angiemeekerdesigns.com tokoh pemuda.

Ada 10 aspek yang menjadi penilaian para juri, yakni integritas, visi, leadearship,  skill, intelektualitas/gagasan, aspiratif/responsif, pengalaman prestatif, keberanian memutuskan, komunikasi publik, penerimaan partai dan penerimaan publik. Para figur daerah yang dinilai sesuai masing-masing aspek. Performa mereka dinilai dengan skor dari skala 1,00 hingga 10,00.

“Ada banyak figur daerah yang layak dan potensial menjadi kandidat alternatif 2014. Kami mendorong munculnya figur daerah yang potensial itu sebagai kandidat,” kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda dalam jumpa pers di Morrissey Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/5)

Hasilnya, Gubernur DKI Jakarta yang juga mantan Wali Kota Surakarta, Joko Widodo meraih skor tertinggi yakni 82,54. Selanjutnya adan nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (76,33), mantan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad (70,38), dan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (70,31).

Kemudian Bupati Kutai Timur Isran Noor (70,14), mantan Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi (70,01), Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang (69,93), Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto (69,78), Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang (68,39), serta Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidayat (68,38).

Lantas bagaimana dengan Fadel Muhammad yang menyandang status tersangka kasus korupsi? Menurut Hanta,riset yang dilakukan lembaganya hanya menyoroti kemampuan kepala daerah. Sementara kasus hukum tidak masuk dalam variabel penilaian.

“Kami memberi ruang yang sama bagi figur yang diseleksi. Memang problem, tapi kami mengedepankan politik bukan proses hukum,” ujarnya.

Dari hasil riset, lanjut Hanta, Fadel memang terlihat memiliki skor yang rendah dari sisi integritas. Ia bahkan menempati posisi paling buncit pada kategori itu.

Namun pada aspek lainnya, skor Fadel tercatat cukup tinggi. Dalam aspek kemampuan kepemimpinan dan pengalaman prestasi, politisi Golkar itu menempati posisi ketiga.

Karena itu, tambah Hanta lagi, Fadel tidak mungkin begitu saja dicoret dari risetnya. “Soal kasus hukumnya kami menyerahkan kepada publik,” tandasnya.(dil/jpnn)