Angka Kematian Ibu dan Anak di Pandeglang Tertinggi se-Banten

PANDEGLANG, SNOL Kehadiran Kepala Dinas Kesehatan Banten Moh Yanuar ke Pandeglang boleh jadi bak ‘tamparan’ bagi Dinas Kesehatan Pandeglang.

Yanuar secara gamblang mengatakan pelayanan kesehatan di Pandeglang masih buruk hingga mengakibatkan angaka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih tinggi, bahkan se Banten.

“Saya memang begitu, kalau rendah ya katakan rendah. Kita itu harus jujur dan harus punya integritas. Sekarang ini tidak lagi ada laporan jelek diganti menjadi baik, pokoknya semua harus sesuai fakta. Apalagi, di Pandeglang ini AKI dan AKB-nya paling tinggi di Banten,” kata Yanuar, Rabu (28/9).

Menurutnya, sebetulnya di Banten ini ada empat kabupaten yang AKI dan AKB-nya masih tinggi yakni, Pandeglang, Serang, Tangerang dan Lebak. Berdasarkan hal itu, kata dia, harus punya langkah-langkah khusus untuk mengurangi AKI dan AKB. Salah satunya yang difasilitasi program diseminasi sistem jejaring rujukan.

“Masih tingginya AKI dan AKB di Pandeglang, kami berharap adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor. Sebab, kematian AKI dan AKB tidak hanya sekadar urusan kesehatan, akan tetapi urusan infrastruktur juga harus ikut serta dibenahi. Kan yang meninggal itu ada saja akibat jalan yang jelek. Bagusnya regulasinya ditungkan di dalam Peraturan Bupati, agar semu sektor ikut terlibat,” ungkapnya.

Kepala Dinkes Pandeglang, Indah Dinarsiyani tidak menampik masih tingginya AKI dan AKB di Kabupaten Pandeglang. Bahkan kata dia, kalau dilihat dari sisi data, dari bulan Juli 2016 sudah 26 kasus dan bertambah lagi yang meninggal 1 di Cibaliung.

“Memang trendnya sangat memprihatinkan sekali, padahal banyak upaya yang sudah kami lakukan untuk menekan angka tersebut. Kalau dilihat tahun 2013 sudah bagus karena hanya 25 kasus dalam satu tahun, 2014 naik 47 kasus, 2015 naik lagi menjadi 48 kasus dan sekarang baru setengah tahun sudah 26 kasus,” katanya.

Menurutnya, faktor penyebabnya sangat kompleks sekali. Terutama berasal dari ibu itu sendiri yang ada kelalian, begitu juga faktor dari lingkungan keluarga mempengaruhi karena ketidakpedulian terhadap ibu hamil tersebut, yang membiarkan bekerja keras dan perhatianya kurang.

“Lebih penting itu faktor dari pelayanan dasarnya, apakah itu oleh bidan, puskesmas atau mungkin masih oleh dukun paraji. Keterjangakauan ibu dari pelayanan juga masih menjadi persoalan di Pandeglang, jadi sangat cukup kompleks,” ujarnya.

Upaya sudah banyak sekali dilakukan. Bahkan katanya ada tujuh penguatan yakni, manajemen, regulasi, program kegiatan, kemitraan paraji dengan bidan, fasalitatik terjun ke kecamatan dan desa, dan mengumpulkan PKK semua kecamatan.

“Hal itu dilakukan agar semua pihak sama-sama peduli terhadap ibu yang mengandung. Kalau semua sektor peduli, AKI dan AKB akan terhentaskan,” pungkasnya. (nipal/made/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.