Kegagalan MKD = Kekalahan Negara oleh Mafia
JAKARTA,SNOL Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti merasa heran dengan sidang pelanggaran kode etik yang dilakukan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dua hari belakangan.
Ikrar menyebut aneh jika dalam sidang pelanggaran kode etik para anggota sidang menanyakan motif Maroef Sjamsoeddin merekam pembicaaraan dengan Ketua DPR RI Setya Novanto dan pengusaha M. Riza Chalid padahal saat itu Presiden Direktur PT. Freeport Indoensia itu diperiksa sebagai saksi.
Ikrar menambahkan jika merekam dikategorikan sebuah kejahatan, apakah seseorang yang mendengarkan pembicaraan ingin melakukan persengkongkolan jahat lalu melaporkan ke pihak berwenang atau seseorang merekam tindakan aparat yang tidak pantas juga masuk dalam kategori kejahatan.
Menurut Ikrar tindakan yang dilakukan oleh Maroef merupakan langkah yang tepat sama seperti sejumlah contoh yang diberikannya.
“Ini menjadi sesuatu yang aneh, selalu ditanya apa motif merekam. seolah-olah merekam adalah sebuah kejahatan,” ujar Ikrar saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (4/12).
Ikrar juga mengkritik pertanyaan yang diajukan oleh anggota MKD jauh dari konteks yang disidangkan. Contoh pertanyaan yang membuat dirinya menggelitik adalah bagaimana rekaman yang ada di telepon seluler Maroef bisa pindah ke alat penyimpan data berupa flashdisk.
“Semalam MKD kecilkan Marsekal bintang dua yang seolah tidak mengerti transfer data dari handphone ke flashdisk,” cetus Ikrar.
Lebih jauh dirinya berharap, masyarakat bisa mengawal sidang yang mempertimbangkan pelanggaran etik yang dilakukan Setya Novanto sebab dalam dua kali bersidang MKD belum mendalami pelanggaran yang dilakukan oleh Setya Novanto.
“Kita harus bentengi MKD supaya tidak makin masuk angin. Kalau MKD gagal berarti negara kalah dengan mafia,” tandasnya.(dem/rmol)