Bisnis Online Tetap Kinclong
TANGERANG,SNOL—Pelemahan ekonomi diprediksi membuat perilaku konsumen bisnis online berubah. Konsumen akan mengurangi konsumsi barang-barang seperti gadget dan pakaian baru. Tapi di lapangan, penjualan busana online tetap mengkilap alias kinclong.
Pengusaha mukena Nani Dwi Astuti mengatakan berbeda dengan prediksi para pengamat, penjualan melalui online tetap mengalami peningkatan permintaan sejak dua bulan sebelum lebaran lalu. Dia menuturkan, hampir 80 persen pemasaran Mukena milik Nani dilakukan secara online. Sisanya baru secara off line melalui bazar-bazar.
“Permintaan melalui online tetap tinggi. Setiap bulan saya memproduksi 350 pacs mukena dengan keuntungan Rp 80 juta per bulan. Pembelinya berasal dari berbagai daerah di Indonesia,”ungkap Nani dalam pameran dan gelar dagang Harganas ke-22 di Lapangan Sunburst, BSD City, Sabtu (1/8). Warga Kota Tangsel itu menambahkan mukena Nanida yang didesain dan diproduksi ala rumahan dipromosikan dengan memanfaatkan facebook, instagram, website, sakinah.com, hijabenka.com, hijabup.com dan, muslimarket.com. Usahanya tergolong sukses karena berhasil memiliki pegawai sebanyak tiga orang.
“Banyak keuntungan yang didapatkan dari bisnis online. Banyak waktu di rumah dan pembeli datang terus. Karena kita produksi sendiri jadi penjualannya cukup bagus,”ujarnya.
Pedagang aksesoris motif etnik Ratna menambahkan meski baru satu tahun menggeluti dunia maya, keuntungan yang diraihnya sudah 10 kali lipat. Menurutnya, peminatnya sangat antusias dan kebanyakan sudah percaya dengan produk online.
Selain itu, berdagang online tidak jauh berbeda dengan pedagang off line atau dipasaran. Menurut ibu berkerudung ini, kualitas barang harus tetap terjaga karena kepercayaan costumer menjadi nomor satu.
“Sebelumnya saya punya toko tapi penjualannya tidak meningkat standar aja setelah bergeser ke online. Alhamdulillah sudah balik modal,”akunya.
Diberitakan sebelumnya, pelemahan ekonomi, selain menurunkan indeks keyakinan konsumen di Indonesia, juga mempengaruhi kebiasaan dalam membelanjakan uang dengan menunda pembelian produk tertentu selama kuartal II/2015.
Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin mengatakan sekitar 63 persen konsumen online berpendapat saat ini Indonesia berada dalam kondisi resesi. Akibatnya 81 persen konsumen memilih untuk mengubah kebiasaan berbelanja demi menghemat pengeluaran.
“Dua pos pengeluaran yang paling banyak dikurangi adalah pembelian barang teknologi alias gadget seperti telepon genggam atau komputer yang dipilih 50 persen konsumen, serta pakaian baru yang dipilih 48 persen konsumen,” ujarnya di Jakarta, baru-baru ini.
Selain produk teknologi dan elektronik, sebanyak 46 persen konsumen juga memilih mengerem pengeluaran untuk pos belanja hiburan di luar rumah seperti menonton film. Menyusul 40 persen konsumen menghemat pos pengeluaran untuk liburan, serta pemakaian gas dan listrik yang dipilih 36 persen konsumen. (widiawati/gatot)