Tepian Cisadane jadi Tempat Mesum

TANGERANG,SNOL Langit benderang oleh sinar bulan pada Sabtu (1/11) malam. Temaram cahayanya semburat menyirami sela-sela pepohonan tepian Sungai Cisadane.

Sementara lalu-lalang kendaraan tak henti hilir-mudik di jalan frontage Jalan Kalipasir nan beraspal mulus. Sejumlah anak kecil berlari-lari riang gembira mengitari sisian kali terbesar di Kota Akhlaqul Karimah ini.

Di salah satu sudut nampak sepasang muda-mudi duduk berdua. Bahasa tubuhnya begitu jelas, mereka tengah kasmaran. Sesekali peluk mesra tak ragu mereka tunjukkan. Tak ada rasa sungkan, toh mungkin mereka pikir takkan ada yang dirugikan. Tangan sang pria pula tak jeda bergelayut memanja meski tak jarang ada mata tajam mengawasi.

Pemandangan seperti itu rupanya buat masyarakat sekitar bukanlah hal baru. “Ya, terus terang memang di sini banyak yang pacaran kalau malam, apalagi kalau malam libur,” kata salah seorang warga Kalipasair, Kecamatan/Kota Tangerang bernama Suroto (38).

Namun Suroto memastikan bahwa pasangan muda-mudi tersebut bukanlah warga sekitar. Warga katanya, juga sudah beberapa kali mengingatkan mereka agar tidak berbuat hal yang melanggar norma sosial.

“Malah beberapa kali sama warga beberapa pepohonan yang rindang dipangkas-pangkasin, tujuannya ya supaya enggak macem-macem mereka (muda-mudi yang pacaran-red),” terangnya.

Namun begitu lantaran yang datang silih berganti, warga yang bekerja di salah satu pabrik accu di Jalan MH.Thamrin ini menjelaskan, kesulitan buat mereka untuk mensterilkan tepian Cisadane dari aktivitas yang tidak sejalan dengan semangat Perda No.8/2005 ini.

“Abang (Satelit News) bisa lihat sendiri, sepanjang tepian kali ini pasti banyak yang pacaran. Malah ada yang pelukan segala, tapi mereka itu bukan pasangan yang sama tiap datang ke sini, makanya agak susah, misalnya pasangan yang ini sudah bisa dibilangin, besoknya datang lagi pasangan lain,” jelasnya.

Berdasarkan pengamatan koran ini, jumlah pasangan muda-mudi ini jumlahnya cukup banyak. Rata-rata pasangan ini duduk bermesraan sambil menghadap ke kali. Ada yang duduk di bangku, tidak sedikit pula yang duduk di atas sepeda motor.

Menariknya lagi, antara satu pasangan dengan pasangan lainnya seolah memiliki kode untuk tidak saling ‘mengganggu’. Caranya dengan memilih jarak kencan dengan jarak cukup ruang, yakni setiap 15-20 meter.

Warga lainnya, Samsyul (34) menjelaskan, aparat khususnya kepolisian bukannya tidak sering berpatroli, namun diakuinya frekuensinya dirasa masih kurang.

“Paling-paling patrolinya cuma lewat, tidak tahu mungkin kalau ada kejadian menonjol. Malah kalau Satpol PP menurut saya lebih jarang lagi,” tegasnya.

Dia berharap, sekali dua kali aparat menggelar operasi untuk menertibkan lokasi tersebut. “Kita juga enggak mau wilayah kita dikotori sama kegiatan mesum. Coba sekali-sekali aparat razia ini lokasi, apalagi kalau malam minggu atau malam libur kayak gini,” harapnya.

Tak hanya di Kalipasir, dari penelusuran Satelit News, pemandangan serupa juga biasa terlihat di Jalan Beringin, Kecamatan Karawaci dan jalan Benteng Jaya, Kecamatan Tangerang. Kedua lokasi ini jelas sangat mudah dijangkau dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari Kantor Satpol PP Kota Tangerang maupun Mapolres Metro Tangerang Kota.

Di belakang Robinson atau Jalan Letjend Soeprapto, ratusan muda-mudi itu juga melakukan yang sama. Ada yang duduk berduaan, ada juga yang belompok tetapi mereka seolah tak ada malunya terlihat sedang berpelukan, bercumbu dan lainnya.

Hal yang sama juga bisa dilihat sepanjang kali Cisadane yang terletak di kawasan Grendeng, Karawaci. Ada yang memang sekedar nyantai, tapi ada juga yang memanfaatkan tempat kegelapan untuk saling mengekspresikan cinta diantara kedua manusia itu. Seolah-olah tempat tersebut adalah memang tempat yang dilegalkan.

Kegiatan mesum juga bisa dilihat di pinggir Jalan Merdeka, Jalan Otista dan Jalan Asem (Leo Baru). Di situ, sejumlah pekerja seks komersial menjajakkan diri menunggu hidung belang. Meski sering dirazia, mereka malah semakin menjamur. Hal yang sama juga terlihat di sepanjang jalan Moch Yamin (Dekat Pasar Babakan). Di situ, sejumlah waria juga menjajakan diri menunggu pelanggan. Biasanya, di lokasi itu ada sekiatr 3-5 orang waria yang mangkal di bawah pohon bambu.

Praktek kemesuman di Kota Tangerang ini malah ada yang lebih modern. Biasanya disebut cabe-cabean. Kawanan wanita ABG ini biasa mangkal di mal-mal besar yang ada di Kota Tangerang.

“Mereka biasanya tidak mau disebut jablay, tapi cabe-cabean. Tarifnya juga mencapai jutaan rupiah,” ujar salah satu sumber Satelit News yang namanya enggan disebutkan.(uis/made/dm/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.