Jelang Lengser, SBY Beri Pesan untuk Kepala Daerah
SENTUL,SNOL Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri acara Silaturahim Nasional Menuju Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan tahun 2014, di Sentul International Convention Center, Rabu (15/10).
Pertemuan yang dihadiri sekitar 5.814 orang ini sekaligus menjadi perpisahan Presiden dan Wapres Boediono dengan kepala daerah dan jajaran pemerintah di pusat maupun daerah. Hadir di antaranya para menteri, pimpinan lembaga pemerintahan, pimpinan TNI dan Polri. Hadir pula Ketua KPU dan Bawaslu, gubernur, bupati/walikota seluruh Indonesia, pimpinan DPRP Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta pimpinan media massa nasional.
Dalam sambutannya Presiden pun memberikan beberapa refleksi selama masa pemerintahannya. Pertama, ia mengajak semua untuk memahami bahwa pembangunan adalah sebuah proses jangka panjang sehingga semua jajaran harus menyelesaikannya dengan baik. “Kalau memahami seperti itu, maka harus selalu hidup, semangat, tekad, dan energi kita untuk melakukan pembangunan terus menerus, berkelanjutan,” ujar Presiden.
Berikutnya Presiden mengingatkan mengenai reformasi. Reformasi, kata dia, sejatinya adalah kesinambungan dan perubahan. Oleh karena itu, di pemerintahan selanjutnya ia mengharapkan reformasi tetap dijalankan. “Yang baik sejak berdirinya republik ini, dijaga. Yang belum baik, belum dicapai, dilakukan perubahan-perubahan,” kata Presiden.
Ketiga, Presiden mengingatkan tentang kesinambungan harus dilakukan dengan objektif, terbuka, dan jujur. Menurutnya, dalam setiap tahapan pembangunan pasti ada capaian dan pekerjaan yang tersisa. Di samping itu ia mengingat masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan jajaran pemerintah selanjutnya.
Di antaranya membangun pemerintah yang bersih, menyukseskan reformasi birokrasi, upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi, implementasi otda, pembangunan infrastruktur, dan upaya peningkatan konektivitas tanah air. “Berbagai capaian itu bisa dijaga, dipertahankan. Kemudian yang belum baik bisa diperbaiki,” tegas Presiden.
Refleksi yang ke empat, ia mengingatkan agar sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta melibatkan seluruh eselon pemerintah daerah dan pusat, sektoral dan regional tetap dijalankan di kepemimpinan berikutnya.
Refleksi terakhir, Presiden mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, majemuk dan menghadapi tantangan yang kompleks di tengah dunia yang tidak mudah. Untuk menuju masa depan yang makin adil dan sejahtera, kata dia, diperlukan persatuan, kerukunan, dan toleransi.
“KIta harus jadi masyarakat yang rukun, harmoni juga toleransi. Tanpa toleransi harganya mahal, dunia bergejolak, perang. The cost of intolerance ternyata mahal sekali. Maka dari itu, kita berupaya untuk merawatnya,” tandas Presiden. (flo/jpnn)