Alil Putus Sekolah Demi Uang Jajan
Dindik dan Dinsos Saling Lempar Tanggungjawab
TANGERANG,SNOL–- Angka anak putus sekolah di Kota Tangerang tercatat masih tinggi yakni 46.778 orang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat. Muhammad Alil (14), adalah salahsatu anak putus sekolah yang memilih jadi pengamen untuk mendapatkan uang jajan. Dirinya ingin kembali bersekolah namun terkendala dana dan malu dengan usia.
Saat ditemui Wartawan Satelit News, Muhammad Alil tengah asik mendendangkan lagu artis papan atas di lampu merah kodim di bawah terik matahari. Anak asli Tangerang ini seharusnya berada di lingkungan sekolah, namun kemiskinan memaksa dirinya harus turun ke jalanan jadi pengamen karena orangtuanya tidak mampu membiayai hidupnya.
Alil mengaku mengakhiri masa sekolahnya saat duduk di bangku kelas 5 di salahsatu sekolah dasar di Tangerang. Ia pun memilih jalanan sebagai peraduan nasibnya sejak tiga tahun lalu. Alil merasa hidup di jalanan bisa memenuhi kebutuhannya, karena bisa jajan, main Play Station dan bisa menghasilkan uang untuk keperluan pribadinya. “Awalnya ikut-ikutan kak, terus keenakan karena dapat uang jajan jadi keterusan deh,”ujarnya sambil menenteng gitar kesayangannya, kemarin.
Alil yang tinggal di bantaran rel kereta api poris ini mengaku punya tekad untuk bisa melanjutkan sekolahnya, tetapi ia merasa malu kalau harus kembali duduk di bangku sekolah dasar karena usianya yang sudah beranjak SMP. Ia berencana mengikuti paket A terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. “Bingung kak mau melanjutkan sekolah tetapi caranya bagaimana, masa masuk SD lagi malu kak,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Tangerang Jamaludin mengungkapkan, berdasarkan data BPS Kota Tangerang anak yang putus sekolah dan dikategorikan miskin mencapai 46.776 orang. Kendati demikian, data tersebut harus diverifikasi kembali oleh Dinas Pendidikan untuk penerima Kartu Tangerang Cerdas (KTC).
Saat ditanya soal kasus Alil, pengamen jalanan yang putus sekolah, Jamaludin mengatakan, sejauh ini belum ada penanganan khusus bagi anak jalanan, termasuk program KTC yang hanya diperuntukan bagi siswa usia sekolah yang miskin. “Kami masih fokus memverifikasi data siswa yang berada di lingkungan sekolah formal dan termasuk anak miskin. Untuk penanganan masalah anak jalanan, itu tugas dan fungsinya Dinas Sosial,”tukasnya.
Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang, Tabrani mengatakan, seharusnya dengan program Tangerang Cerdas, Dinas Pendidikan Kota Tangerang harus lebih proaktif dalam melakukan verifikasi data anak yang berhak menerima bantuan, termasuk anak-anak jalanan. Ini sesuai dengan keinginan walikota bahwasanya tidak akan ada lagi anak-anak usia belajar berkeliaran dijalanan.
“Dindik tinggal mendata ulang anak-anak melalui data BPS dan memverifikasi di kecamatan mulai data pribadi dan orangtuanya. Kalau asli orang Tangerang tinggal ditarik untuk masuk ke sekolah,”tandasnya.
Tabrani menambahkan, seharusnya Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan bisa bekerjasama dalam penanganan anak-anak jalanan di Kota Tangerang, bukan saling lempar tanggungjawab seolah semua ditangani oleh Dinas Sosial. “Program pendidikannya dikelola oleh Dinas Pendidikan, pembinaannya oleh Dinas Sosial dan penertibannya oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP). Harusnya bekerjasama, bukan malah saling lempar,”tandasnya.
Terpisah, mantan pengelola rumah singgah anak jalanan Darul Aitam Kota Tangerang, Miing mengatakan, butuh cara khusus dari pemerintah dalam penanganan anak jalanan. Menurutnya anak jalanan tidak bisa mereka disamaratakan dengan anak rumahan yang putus sekolah. “Seharusnya di Kota Tangerang sudah tidak ada lagi anak-anak di jam belajar yang berada dijalanan. Itu menjadi tanggung jawab Dinsos dan Dindik bukan lepar tanggungjawab,”pungkasnya. (mg14/aditya)