Stok Obat Pembasmi Hama Sawah Kosong

PANDEGLANG,SN— Petani Kampung Kebon Awi, Desa Pareang, Kecamatan Mekarjaya, Kabupaten Pandeglang pasrah dengan ancaman gagal panen. Sebulan sudah sekitar 25 hektar lahan persawahan di kampung tersebut diserang hama wereng. Pemerintah daerah setempat pun tak berdaya karena stok obat pembasmi hama sedang kosong.

            Informasi yang dihimpun, sudah sebulan petani dipaksa untuk memberantas hama wereng jenis wereng coklat, wereng hijau dan beberapa jenis hama lainnya secara manual serta menggunakan obat pemberantas hama seadanya. Selain merasa kesulitan, petani pun mengeluhkan kerusakan tanaman padinya kian parah.

            Petani Kampung Kebon Awi, Nata mengatakan, ada sekitar 6 petak lahan sawahnya hancur atau rusak diserang hama. Menurutnya, serangan hama kali ini tidak bisa diselamatkan atau tidak bisa dibasmi. “Kami pasrah, karena sudah pasti padinya rusak. Tidak bisa dipanen, yang ada juga rugi,” keluh Nata, Kamis (3/7).

            Nata mengungkapkan dari 6 petak padi tadi seharusnya ia bisa memanen sekitar 1 ton 2 kwintal padi. “Jika hasil 1 ton dihitung sekitar Rp10 juta, maka kerugian yang saya alami sekitar Rp12 juta sampai Rp15 jutaan. Saat ini ongkos produksi perhektar sekitar Rp5 juta, baik untuk bibit, pupuk dan kebutuhan lainnya,” ungkapnya.

            Petani lainnya Awi Nurdin mengatakan, selama ini para petani menanami lahan pertaniannya dengan uang hasil pinjaman dari orang lain. Artinya dengan adanya serangan hama itu selain dirugikan akibat kerusakan padi dan lahan pertaniannya, juga meninggalkan banyak hutang. “Kami tidak ada sumber pendapatan lain untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, selain dari hasil panen padi itu,” ujar pria yang juga Ketua RT 03/03 Kampung Kebon.

            Awi dan petani lainnya berharap, ada perhatian dari pemerintah daerah setempat. Selain mendapatkan bantuan bibit baru misalnya, para petani juga berharap ada langkah kongkrit dari pihak terkait, misalnya dengan memberikan bantuan lunak kepada para petani.

            Tokoh masyarakat (Tokmas) setempat, H. Dedi Humaedi mengatakan, kondisi tanaman padi seperti itu sudah tidak bisa ada yang dipanen. “Kalau begini kondisinya sudah pasti gagal panen atau puso, dan petani juga sudah pada pasrah. Paling dibakar sawahnya,” ungkap Dedi.

            Dedi mengaku, masyarakat sudah beberapa kali berkoordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Namun belum ada langkah dan sikap yang pasti atas kondisi yang merugikan petani itu. Bahkan sampai saat ini petani disana masih berharap bantuan dari pihak terkait. “Kami sudah berkoordinasi dengan PPLnya, tapi cuma dilihat doang. Para petani sudah kehilangan harapannya untuk panen di tahun ini,” imbuhnya.

            Disinggung kerugian materi secara keseluruhan, H. Edi mengatakan, kerugian mencapai diprediksi sekitar Rp500 juta. Karena hitungan perhektar hasilnya mencapai 5 sampai 6 ton atau Rp24 jutaan.

            Terpisah, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Pandeglang, Nasir mengaku, belum menerima laporan dari orang lapangan. Kemudian obat pembasmi hama jenis pestisida ataupun yang lainnya, di Distanbun Pandeglang sedang kosong. Sehingga upaya yang akan dilakukannya yaitu memohon bantuan ke Distanbun Provinsi.

            “Laporan yang masuk baru di Desa Ciinjuk, Kecamatan Cadasari, soal kerusakan padi akibat serangan hama juga. Dan di Pulosari kerusakan pohon kelapa sekitar 10 hektar. Untuk serangan hama di Desa Pareang, kami belum terima laporan,” kilahnya, seraya mengatakan belum bisa berbuat banyak untuk membantu para petani yang mengalami musibah serangan hama semacam itu. (mardiana/aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.