SMK 1 Pandeglang Berkelit

Polisi Periksa 3 guru
PANDEGLANG,SNOL Para guru di SMK 1 Pandeglang sedang cemas. Mereka harus berurusan dengan polisi pasca kecela­kaan truk yang menewaskan 4 siswa SMK 1 Pandeglang, satu kernet dan seorang sopir di Bungangah, Pu­losari, Pandeglang, Jumat (7/2) lalu.
Dalam dua hari terakhir, tiga guru SMK 1 Pandeg­lang dimintai keterangan sebagai saksi oleh penyidik Satuan Lalu Lintas Polres Pandeglang. Di hari Sabtu (8/2), polisi memeriksa dua guru. Salah seorang merupakan pem­bina pramuka dan seorang lainnya wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ber­nama Juanda. Di hari yang sama polisi memeriksa dua orang siswa SMK 1 Pan­deglang.
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMK 1 Pandeglang, M Juanda seusai diperiksa Satlantas Polres Pandeglang, berkelit tidak mengetahui teknis mengenai kegiatan ke­pramukaan meski berada di bawah we­wenangnya. Ia juga mengaku tidak tahu menahu soal peminjaman truk untuk mengangkut para ang­gota pramuka yang hendak kemping ke kawan wisata Carita itu.
“Saya tidak tahu teknis di lapangan termasuk mengenai angkutan (truk, red) yang digu­nakan siswa. Maaf saya tidak bisa komentar karena saya tidak tahu, saya hanya sebatas otori­sasi dari pihak sekolah karena saya di bidang kesiswaaan dan salah satunya membawahi Pra­muka,” ungkap M Juanda seusai diperiksa polisi terkait tragedi Bangangah. Soal tindakan seko­lah setelah peristiwa yang terja­di di Jalan Mandalawangi-Jiput tepatnya di tanjakan Bangangah di Kampung Kaduhileud, Desa Banjarwangi Kecamatan Pu­losari Kabupaten Pandeglang itu, Juanda menyatakan, pihak sekolah sudah mengunjungi ke rumah duka, melakukan doa bersama dan menjenguk korban luka di RSU Berkah Pandeg­lang. Meski demikian, hingga saat ini belum ada bantuan yang akan disalurkan dari sekolah ke­pada para korban.
Sementara itu di hari Minggu (9/2), polisi meminta keteran­gan Rena Eka Setiawaty, guru SMK 1 Pandeglang selama lima jam. Guru yang juga salah seorang Pembina Pramuka di SMK 1 Pandeglang ini, diberi­kan puluhan pertanyaan seputar kegiatan pramuka dan rencana keberangkatan puluhan siswa pada Jum’at (17/2) sore lalu. Guru yang mengenakan baju biru dan kerudung biru itu di­periksa sejak pukul 12.00 WIB hingga pukul 16.30 lebih.
Meski hanya Rena yang dim­intai keterangan, namun belasan guru-guru SMK 1 Pandeglang terlihat berkumpul di ruangan dekat pemeriksaan. Mereka ber­kumpul untuk memberi dukun­gan moril terhadap guru yang sedang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Mereka ber­harap, dengan adanya dukungan moril dari sesama guru, rekan­nya yang sedang menjalani pe­meriksaan tetap kuat dan tegar serta memberikan keterangan apa adanya.
Kasatlantas Polres Pandeg­lang AKP Ari Satmoko men­gatakan, pemeriksaan terhadap saksi dan guru-guru SMK 1 Pandeglang akan dilakukan secara bertahap. Selain mem­perhatikan faktor psikologis, polisi juga mempertimbangkan kondisi fisik guru. Pemeriksaan sejumlah saksi, termasuk pihak sekolah dan siswa, dilakukan dalam rangka mengumpulkan bahan keterangan (pulbaket) untuk pengusutan tuntas kasus tersebut. Polisi perlu menda­patkan kepastian mulai dari proses penyewaan truk, proses keberangkatan, rencana kegia­tan dan keterangan lainnya.
Kapolres Pandeglang AKBP Anwar Sunarjo menambahkan, pihaknya bekerjasama dengan tim forensik Polda Banten dan tim Traffic Accident Analy­sist (TAA) dalam menangani perkara itu. Karena pihaknya tidak mau salah langkah serta salah dalam mengambil kesim­pulan penyebab kecelakaan.
“Tim TAA sementara me­nyimpulkan, beberapa faktor penyebab kecelakaan dian­taranya, faktor jalan, faktor kendaraan dan human error,” kata AKBP Anwar Sunarjo.
Menurut Anwar, rem truk blong karena pipa vacuum pen­gereman terlepas sehingga fungsi rem tidak berfungsi. Sementara pipa dan klem pengunci sudah lemah. Selain itu, truk mengang­kut bukan peruntukannya yaitu 57 siswa dan barang-barang, 1 sopir dan 1 orang kernet.
Dari sisi human error, sopir tidak memiliki surat izin mengemudi B2 untuk kend­araan jenis truk. Sopir yang tewas di lokasi kejadian han­ya memiliki SIM A. Ditambah lagi, cuaca saat kecelakaan mendung dan gelap sehingga membuat sopir sulit mengen­dalikan kendaraannya.
“Kami akan kembangkan terus pemeriksaan dan men­gusut tuntas kasus ini,” ung­kap Anwar. Seperti diketahui, kecelakaan maut di tanjakan Bangangah Kampung Lebak Situ Desa Banjarwangi Ke­camatan Pulosari, menewas­kan enam orang dan melukai lebih dari 32 siswa. Saat ini, 32 siswa korban kecelakaan masih menjalani perawatan intensif di RSUD Kabupaten Pandeglang. Manager RSUD Berkah Pandeglang dr. Susi Badrayanti mengatakan, se­suai intruksi Bupati Pandeg­lang, pihaknya akan mem­berikan pelayanan maksimal terhadap para korban kecela­kaan.
“Insyaallah, semuanya akan ditanggung pemerintah. Pasien akan mendapatkan pelayanan dan pengobatan dari tenaga dok­ter kami. Pasien dirawat di ruang bedah RSUD ini,” kata dr. Susi, kepada wartawan, seraya me­nyatakan hingga Minggu (9/2), jumlah korban yang dirawat semuanya berjumlah 32 orang. Para korban kecelakaan dirawat di sejumlah ruangan, diantaran­ya ICU 1 orang, ruang bedah 26 orang dan VIP 5 orang. Rata-ra­ta pasien mengalami luka serius di bagian kepala, wajah, tulang dan beberapa organ tubuh lain­nya, yang butuh mendapatkan perawatan intensif.
Salah seorang dokter pera­wat RSUD Berkah, dr. Devi mengatakan, berdasarkan hasil observasi sementara, korban kecelakaan rata – rata mengalami lecet di sekujur tubuh, patah tulang dan ben­turan di bagian kepala.
“Meski banyak yang men­galami pendarahan, insyaallah stok darah di PMI dan RSU disini masih mencukupi,” tan­dasnya. Sementara itu, Opan Sofyan, salah seorang kor­ban kecelakaan yang dirawat di RSUD Serang masih be­lum sadarkan diri hingga ke­marin. Memasuki hari ketiga di RSUD Serang, Opan masih berada di ruang ICU. Remaja 18 tahun itu mengalami luka parah di sekujur tubuhnya.
Terpisah. Seluruh korban tewas sudah dimakamkan pihak keluarga, Sabtu (8/2). Mereka yang meninggal dunia yakni Tedi Winarahmandani, Nuraisiyah, Rizal, Muklis, Mu­hamad Mahfud, dan Abdul Ro­sad. (mardiana/mg11/gatot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.