Mawar Putih untuk Pak Jaksa

Dokter Cantik, Dokter Umum Sampai Dirut RSUD Semuanya Demo
TANGERANG, SNOL Ratusan dokter berseragam putih dengan pita hitam me­lingkar di tangan memenuhi bundaran tugu Piala Adipura Kota Tangerang, Rabu (27/11) pagi. Mereka membawa poster dan spanduk sembari sesekali berteriak-teriak menyuarakan penolakan kriminalisasi terhadap rekan seprofesinya.
Tak butuh waktu lama berorasi di depan tugu Adipura, per­wakilan ang­gota Ikatan Dokter Indone­sia (IDI) wilayah Banten dan Cabang Tangerang itu berpindah ke kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang yang ber­jarak sekitar 100 meter. Sesa­mpainya di kantor para jaksa, dokter-dokter diterima Kasi Intel dan Kasi Pidana Khusus Kejak­saan Negeri Tangerang.
Ketua IDI Wilayah Banten Dok­ter Hendrarto serta Ketua IDI Ca­bang Tangerang Dokter Djasarito, mewakili anggotanya, menyam­paikan aspirasi keberatan terh­adap kriminalisasi ketiga rekan seprofesinya di wilayah Manado. Tak lupa setangkai mawar putih sebagai simbol kedamaian juga diberikan kepada perwakilan Ke­jari yang hadir kala itu. Aksi yang berlangsung selama 30 menit akh­irnya ditutup dengan pembacaan puisi permohonan maaf karya Prof DR dr Wimpie Pangkahila yang dibacakan salah seorang perwaki­lan dokter IDI cabang Tangerang.
Dokter Djasarito, Ketua IDI Cabang Tangerang mengatakan aksi solidaritas kali ini merupa­kan pertama kalinya dilakukan oleh para dokter se-Indonesia. Mereka ingin menunjukkan ke­pada negara, apa yang dialami oleh ketiga rekan seprofesinya sudah menjadi bagian dari tinda­kan kriminal.
Aksi damai juga dilakukan dokter di wilayah lain di Banten. Di Kota Cilegon, ratusan dokter yang tergabung dalam IDI Kota Cilegon, Ikatan Istri Dokter In­donesia (IIDI) dan Ikatan Bidan Indonesia Kota Cilegon (IBI) menggelar aksi solidaritas dan tafakur nasional di Simpang Tiga, Kota Cilegon, Rabu (27/11). Mereka memakai pita hitam di lengan sebagai tanda keprihati­nan, dan tak henti-hentinya men­eriakkan yel-yel, “Kriminalisasi No, Profesionalisme Yes.”
Beberapa dokter secara ber­gantian berorasi dan membagi­kan selebaran yang berisi ke­caman. Tampak juga sejumlah dokter cantik dan muda dari klinik kecantikan di wilayah Ci­legon ikut beraksi. Aksi demo tersebut sekitar 90 menit, yang dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 09.30 WIB.
“Pada 25 November Pengu­rus Besar IDI melakukan rapat koordinasi dengan Musyawarah Pimpinan IDI dan seluruh ketua perwakilan perhimpunan pusat. Ada 5 kesepakatan untuk me­nyikapi kasus yang menimpa 3 teman kami. Di antaranya me­nyampaikan protes keras kepada Kejaksaan Agung RI dan kepoli­sian dengan tembusan kepada semua pemangku kepentingan berkaitan dengan penangkapan anggota IDI yang dilakukan den­gan cara tidak manusiawi. Kami meminta agar kasus teman kami ditinjau ulang, dan dibebaskan,” ujar Korlap Aksi Solidaritas Dokter, DR Faisal dalam oras­inya.
Ikut dalam aksi tersebut Direk­tur RSUD Cilegon, DR Zainoel. Dia menuturkan bahwa keikut­sertaan dirinya dalam aksi demo tersebut sebagai bentuk solidari­tas. Ditanya pelayanan RSUD ketika ditinggal demo, Zainoel menjamin pelayanan di RSUD Cilegon tetap berjalan normal.
Di Lebak, puluhan dokter yang tergabung dalam IDI Kabupaten Lebak menggelar aksi damai den­gan cara mengelilingi Alun-alun Kota Rangkasbitung dan berakhir di depan Kantor Kejari Rangkas­bitung, Rabu (27/11). Sedikitnya 40 dokter yang bertugas di RSUD dr Ajidarmo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak turun ke jalan sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Stop Kriminalisasi Dokter, Aksi Keprihatinan Dok­ter Indonesia”. Tanpa mengelu­arkan kata-kata mereka langsung mengelilingi Alun-alun Rangkas­bitung.
Dari Pamulang, Kota Tangerang Selatan, 9 poli di Rumah Sakit Umum (RSU) se­tempat diliburkan, Rabu (27/11) karena ditinggal para dokternya. Sementara mereka yang praktek di UGD pun mengenakan pita hitam di lengan masing-masing.
Kepala Bidang Pelayanan RSU Tangsel, dr Tri Utami membenarkan adanya libur 9 poli yang terpusat di lantai satu itu. “Sebelumnya ada surat res­mi dari para dokter yang mem­inta izin kepada direktur rumah sakit, kami izinkan. Dan hari ini (kemarin,red) poli kami liburkan sehari,” jelas wanita yang akrab disapa dr Uut itu.
Kesembilan poli antara lain, poli umum, anak, THT, gigi, kandungan, dan berbagai poli lainnya. Tampak tidak ada dokter di dalam ruangannya. Jadwal pasien pun kembali di-reschedulle, pada keesokan harinya. “Hanya sehari, besok (hari ini,red) juga sudah seperti biasa,” pungkasnya.
Namun, untuk dokter yang mempunyai jadwal praktek di Unit Gawat Darurat (UGD) dan juga jadwal operasi, tidak diper­kenankan untuk mengikuti aksi solidaritas tersebut.
Sementara di Serang, para dokter hanya memberikan pe­layanan kepada pasien darurat dan pengguna Kartu Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkes­mas). Wakil Direktur RSUD Se­rang, dr Sutadi mengatakan, aksi pembatasan tersebut dimulai se­jak pukul 07.30 WIB. Meski de­mikian tidak ada sanksi kepada para dokter, karena ini merupa­kan himbauan IDI pusat yang harus dilakukan.
“Mau tidak mau ini kami harus ikut melakukan aksi ini sebagia bentuk solidaritas. Jadi tidak ada sanksi kepada dokter yang melakukan pembatasan pelayan­an pasien umum,” ujar Sutadi saat ditemui di ruang kerjanya.
Ia menjelaskan, meski melaku­kan aksi pembatasan, namun bagi pasien menggunakan Jamkes­mas dikategorikan pasien mis­kin tetap dilayani, berikut juga pasien yang mengalami darurat. Kata Sutadi, dua kategori pasien itu tetap dilayani. Akan tetapi jika pasien dalam keadaan sakit ringan terpaksa tidak dilayani.
Salah satu pasien umum, Nurhayati yang tengah dirawat di ruang Flamboyan memaklumi atas sikap para dokter yang ber­henti selama satu hari memberi­kan pelayanan. “Wajar-wajar saja selama kondisi pasien tidak parah. Mudah-mudahan besok sudah reda. Tapi sebenarnya sih kami dirugikan karena harus tetap ba­yar,” tandasnya. (kiki/pramitha/ arif/ahmadi/mg13/deddy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.