Doni Hendaru Tona, Rocker Penggagas Kelompok Pembela Binatang
Anjing dan kucing kerap tak berdaya saat disakiti manusia. Tidak ingin kekerasan terhadap binatang terus terjadi, rocker Doni Hendaru Tona berinisiatif mendirikan Animal Defender, kelompok para pembela binatang di Jakarta.
DHIMAS GINANJAR,
Jakarta
Tawa langsung meledak saat Doni ditanya tentang korelasi penampilannya sebagai rocker dan aktivitasnya sebagai rescuer binatang, Jumat (12/4) malam di Rolling Stone Cafe, kawasan Kemang, Jakarta. Maklum, sebagai vokalis band Funeral Inception yang beraliran death metal, penampilannya cukup garang. Layaknya rocker, dia juga berambut gondrong dengan tato di beberapa bagian tubuh.
“Kadang tampilan saya bikin orang salah tafsir dan takut,” ujarnya lalu terkekeh.
Pria 35 tahun itu lantas membuka ponselnya. Dia ingin menunjukkan beberapa foto kucing dan anjing yang pernah mendapat sentuhan tangannya. Rata-rata binatang mamalia itu memiliki luka menganga yang cukup serius. Ada foto saat binatang tersebut masih sakit, dalam perawatan, hingga ordo karnivora itu sehat kembali.
“Di rumah sekarang ada 30 anjing dan 22 kucing yang dalam perawatan. Semua saya urus sendiri,” tuturnya.
Begitu banyak “pasien” yang harus ditangani, rumah berukuran 9 x 16 meter milik Doni di Ciledug, Tangerang, pun tampak penuh anjing dan kucing. Hewan-hewan piaraan itu merupakan hasil operasi yang dilakukan para ak-tivis Animal Defender, kekompok pembela binatang, selama ini.
Tidak hanya menyelamatkan nyawa binatang-binatang malang tersebut di rumah, Doni juga menjadikan anjing dan kucing itu sebagai bagian dari kehidupannya sehari-hari. Karena itu, dia hafal satu per satu nama “pasiennya” tersebut.
Mereka berada dalam perawatan Animal Defender hingga ada yang mengadopsi. Tentu saja, proses adopsinya tidak mudah. Sebab, Doni ingin hewan-hewan itu mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan setelah keluar dari rumahnya.
Rocker yang berulang tahun setiap 18 Juli itu lantas menceritakan awal berdirinya komunitas penyayang binatang malang tersebut. Doni yang sejak kecil menyenangi binatang itu mengaku “geram” ketika mendengar kabar pembantaian anjing-anjing di salah satu kawasan di Jogjakarta. Berdasar informasi, saat itu (2010) banyak anjing yang mati diracun kelompok masyarakat tertentu.
Mendengar kabar tersebut, Doni langsung berkoordinasi secara virtual dengan karibnya, Jow, yang berdomisili di Jogjakarta. Dia lalu pergi ke Kota Budaya tersebut untuk melihat lokasi pembantaian anjing-anjing tak berdosa itu. “Anjing biasanya dianiaya karena masalah agama, sedangkan kucing disakiti karena tidak bisa melawan,” jelasnya.
Selesai urusan di Jogjakarta, penggemar band death metal asal AS, Suffocation, itu semakin tergerak untuk menjadi aktivis penyelamat binatang. Dia mengundang pula orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk bergabung dalam komunitas tersebut. Mereka kemudian bersepakat untuk menjalin hubungan lewat grup di BlackBerry Messenger (BBM). Grup itu diberi nama Animal Defender.
Tidak hanya chit chat di BBM, mereka langsung melakukan aksi nyata dengan menolong binatang-binatang korban kekerasan manusia. “Pasien” pertama yang mereka tangani adalah anjing yang terluka parah karena kena pukul. “Kami patungan untuk membiayai pengobatan anjing itu hingga sembuh,” jelasnya.
Meski sudah berbentuk komunitas, hingga kini Animal Defender masih beroperasi dengan swadaya para simpatisan. Yang tidak bisa menyumbang materi bisa berpartisipasi dengan tenaga untuk mengevakuasi “pasien”. Kalau tenaga belum bisa, cukup dengan menyediakan tempat. Bahkan, anggota bisa membantu dengan informasi terkait dengan upaya penyelamatan binatang.
Komunitas itu terus berkembang dan makin sibuk. Twitter @Adefenders maupun akun pribadi Doni di @doniiblis menjadi sarana untuk mencari tahu apakah ada hewan yang membutuhkan bantuan. Prinsipnya, mereka tidak akan menolak setiap laporan mengenai binatang piaraan, khususnya anjing dan kucing, yang terluka. Mereka siap menolong, menyelamatkan nyawanya. “Kalau dengar berita, kami tidak boleh diam. Bagi gue, membiarkan informasi berarti ikut membunuh binatang itu,” tegasnya.
Karena itu, selama masih bisa menjangkau, Doni tidak segan-segan menjemput binatang yang terluka itu. Dia rela pergi ke Bandung hanya untuk mengambil 1-2 binatang yang butuh bantuan.
Nama Animal Defender menjadi perbincangan saat Doni dan timnya turun mengevakuasi anjing dan kucing di Pluit, Jakarta Utara. Banjir besar pada awal 2013 membuat binatang ordo karnivora itu mengalami hipotermia, malanutrisi, sakit kulit, hingga pilek. “Total kami menjaring 32 anjing dan 40-an kucing yang sakit untuk dirawat,” kenangnya.
Doni ingat betul saat membawa binatang yang hipotermia ke dokter hewan di Muara Karang Jakarta Utara. Untuk urusan kesehatan, dia mengaku tidak mau gegabah. Semua harus merujuk pada saran dokter.
Lebih dari dua bulan sejak banjir menerjang, beberapa anjing dan kucing masih tinggal di rumahnya. Beberapa pemilik menyerahkan perawatan ke Doni karena mereka butuh waktu untuk bangkit dari musibah banjir. “Sekarang, kalau hujan, sebisa mungkin gue harus di rumah agar bisa temani “anak-anak”. Sebab, masih ada yang trauma banjir,” terangnya.
Tidak hanya itu, Animal Defender kembali diperbincangkan setelah menyelamatkan tiga anjing dari sebuah rumah di kawasan Lippo Karawaci pada 27 Maret lalu. Saat ditemukan, kondisi tiga anjing tersebut sangat mengkhawatirkan. Anjing-anjing berjenis Peking, Shih Tzu, dan Maltese itu ditinggal pemiliknya sejak Agustus 2012. (*/c5/ari/jpnn)