UMT Akui Shinta yang Hilang 5 Bulan itu Mahasiswinya

TANGERANG,SNOL Sinta Kusmoyowati Santosa (20), mahasiswi Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) yang dikabarkan hilang sejak 5 bulan lalu, diketahui tak aktif lagi kuliah setelah selesai mengikuti UAS semester pertama.

Sinta tercatat pada 30 Januari 2012 sudah menyelesaikan kewajiban bayaran kuliah ke kampusnya. “Pada semester satu dia menyelesaikan perkuliahannya, nilai pun keluar. Dan tidak ada masalah, hanya saja saat semester dua, dia bayar kuliah namun sama sekali tidak mengikuti perkuliahan, database nilai untuk nama bersangkutan pun blank (kosong-red),” ungkap Dekan FKIP UMT, Enawar, akhir pekan lalu.

Begitu menginjak semester tiga, nama Shinta tidak lagi terdaftar aktif sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).  Kepastian tersebut didapat setelah dilakukan kroscek ke database pendaftaran dan keuangan di kampus tersebut.

“Kita akan kunjungi rumah orangtuanya, siapa tahu ada yang bisa kami bantu,” tutur Enawar.

Keluarga Shinta menduga warga RT 2/6, Kampung Bulak Entin, Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang ini dibawa oleh kelompok tertentu. Anak tunggal dari pasangan Teguh Santoso, (45) dan Warti (41) ini awalnya pamit pergi untuk mencuci seprai kasurnya di laundry pada bulan Oktober 2012 silam.

Shinta pergi sendiri menggunakan sepeda motornya tanpa membawa STNK. “Namun sampai malam dia tidak pulang-pulang. Dihubungi ponselnya tidak bisa. Lalu beberapa jam kemudian dia mengirim SMS, katanya dia lagi di Tangerang City Mall mau bertemu temannya yang pulang dari Amerika. Setelah itu dia tidak bisa dihubungi lagi,” kata Teguh, ayah korban, Minggu (31/3).

Menurut Teguh, ketika pergi, anaknya menggunakan kaus lengan panjang warna kuning, blus hitam, rok, kerudung dan sepatu sendal. Dia pun membawa beberapa baju dari lemari kamarnya.

“Saat saya cek lemarinya ternyata ada baju yang hilang, kemungkinan dia sembunyikan di dalam seprai. Kalau uang saya tidak tahu, dia bawa atau tidak. Tapi dia tidak minta uang saat pergi,” ujar Teguh.

Teguh menambahkan, pada 15 Februari 2013, Shinta sempat menelpon ibunya sambil menangis. Dia juga meminta uang Rp 2,5 juta untuk ongkos pulang. Namun saat ditanya keberadaannya, Shinta langsung mematikan ponselnya.

“Dia ngomong sambil nangis, katanya saya akan pulang, sekarang lagi ngumpet-ngumpet. Hal itu bikin saya khawatir, pasti ada yang disembunyikan. Saya juga sempat mentransfer uang ke Rp 1,5 juta ke rekeningnya, tapi sampai sekarang dia tidak juga pulang,” tukasnya.

Teguh mengaku, setelah Shinta menghilang, dirinya belum melaporkan ke polisi. Dia masih berupaya mencari ke tempat teman-teman anaknya. Dia juga sempat mencari ke orang pintar, namun tidak juga menemukan titik terang. “Saya sudah berusaha tapi tidak ada hasil. Saya curiga dia dicuci otak oleh kelompok radikal, karena biasanya korbannya mahasiswi muslimah. Ya upaya terakhir saya akan lewat jalur hukum,” katanya. (pramita/made)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.