Parpol dan Tokoh Islam Kian Tenggelam

JAKARTA,SNOL Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memaparkan hasil survei terkini tentang elektabilitas partai politik berbasis Islam beserta tokoh-tokohnya.

Hasilnya, elektabilitas parpol berbasis Islam maupun tokoh-tokohnya ccenderung menurun menjelang Pemilu 2014 ini.

Berdasarkan survei atas1200 responden di 33 provinsi, calon presiden (capres) dari partai Islam juga kalah pamor dibanding capres dari partai nasionalis. Menurut peneliti LSI, Adjie Alfaraby, empat tokoh yang dipandang akan menjadi capres unggulan berasal dari partai nasionalis.

Keempat tokoh itu adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan jumlah elektabilitas 20,7 persen, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (20,3 persen), Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (19,2 persen) dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (8,2 persen).

“Figur partai Islam kalah pamor, seperti Hatta Rajasa Ketua Umum PAN hanya mendapat dukungan 6,4 persen. Suryadharma Ali Ketum PPP hanya 1,9 persen, sementara Anis Matta Ketum PKS hanya 1,1 persen,” papar Adjie dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Timur, Minggu, (17/3).

Figur calon wakil presiden (cawapres) dari partai-partai nasionalis pun mengalahkan partai Islam. Kandidat cawapres yang mendapat dukungan tertinggi adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebesar 35,2 persen. Disusul tokoh senior Golkar Jusuf Kalla dengan dukungan 21,2 persen.

Di bawah Kalla ada nama Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa yang mendapat dukungan sebagai cawapres sebesar 17,1 persen dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD sebanyak 15,1 persen. Nama- nama lain seperti Muhamaimin Iskandar, Suryadharma Ali dan Anis Matta hanya mendapat dukungan di bawah 5 persen.

“Partai Islam juga kalah pamor seperti PPP, PKB, PAN, dan PKS hanya mendapat dukungan dari masyarakat di bawah lima persen. Partai Golkar paling tinggi yaitu 22,2 persen, PDIP 18,8 persen, sementara Demokrat 11,7 persen. Terakhir Gerindra, 7,3 persen. Sisanya partai Islam, rendah,” lanjut Adjie.

Penurunan elektabilitas tokoh dan parpol Islam ini, kata Adjie, dikarenakan kurangnya public expose. Sebab, hanya 30 persen publik yang melihat iklan, pemberitaan dan kegiatan para tokoh partai Islam.

Hal ini pun mengakibatkan popularitas mereka rendah. Untuk PKS, menurut Adjie, kian menurun karena kasus dugaan korupsi impor sapi yang melilit elit partai itu.

Selain itu, kurangnya pendanaan parpol Islam juga menjadi salah satu sebab. Sekitar 67,30 persen responden menilai kekuatan dana penting untuk menentukan kemenangan capres maupun partai. Sedangkan 74,60 persen responden menilai partai Islam tak memiliki cukup dana.

Adjie juga mengatakan, tokoh nasionalis juga dianggap memiliki nilai lebih karena rata-rata juga dari Umat Islam.”Kenapa rendah, juga karena sebanyak 61,3 persen publik percaya bahwa tokoh partai nasionalis bisa mengakomodasi kepentingan Islam. Oleh karena itu, tokoh nasionalis lebih banyak didukung,” pungkas Adjie. (flo/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.