Jalur Air Jadi Pintu Masuk Imigran Gelap

TANGERANG,SNOL Sejumlah titik pelabuhan rakyat di pantai utara (Pantura), Kabupaten Tangerang diduga menjadi pintu masuk penyelundupan manusia dan imigran gelap. Jalur laut bagi para peminta suaka dan pencari kerja ilegal mulai marak terjadi di Pantura sejak Juli lalu.
Kepala Imigrasi Tangerang Enang S Syamsi mengatakan, titik-titik yang menjadi lokasi oknum atau broker human trafficking (perdagangan orang) untuk membawa imigran gelap dan penyelundupan manusia dari Timur Tengah ke Pantura Tangerang mengunakan kapal laut biasanya berlabuh di pelabuhan-pelabuhan kecil milik rakyat sekitar.
“Pintu masuk pelabuhan rakyat itu antara lain; pelabuhan Teluknaga, pelabuhan Pulau Rambut, pelabuhan Kronjo, pelabuhan Kresek dan pelabuhan Tanjung Kait, Pantura, Kabupaten Tangerang. Kebanyakan Broker human trafficking membawa seludupan mereka melalui titik-titik pelabuhan laut milik rakyat yang berada di Pantura, Tangerang ini,” kata Syamsi, Jumat (31/8).
Syamsi menjelaskan, akhir-akhir ini sejumlah titik pelabuhan rakyat di pantura menjadi lokasi penyelundupan manusia dan masuknya imigran gelap, setelah ditutupkan pintu masuk penyelundup manusia dari beberapa wilayah Indonesia lainnya.
Masalah lain, katanya, pada pintu masuk pelabuhan rakyat di Pantura tidak ada lokasi penjagaan super ketat dilakukan aparat kepolisian, TNI maupun imigrasi. Akhirnya, banyak dari cukong pembawa warga asing ilegal bebas masuk dari Timur Tengah ke Indonesia , melalui Tangerang.
“Mulai Juli lalu penyelundupan imigran gelap dan travicking mulai marak terjadi di Tangerang melalui pelabuhan rakyat itu. Di saat kesibukan masyarakat merayakan Idul Fitri, mereka melakukan penyeludunpan imigran dan manusia,” kata Syamsi.
Untuk memperketat pengawasan jalur laut di Pantura, pihaknya akan melakukan kerjasama dengan polisi air polres Metro Kota Tangerang dan TNI khususnya Angkatan Laut untuk mengawasi masuknya kapal-kapal dari luar negeri yang secara ilegal membawa manusia kapal dan imigran gelap yang negara sedang berkecamuk perang mencari suaka politik di Australia. “Kami mulai perketat pengamanan,” singkatnya.
Disinggung soal tujuh imigran UNHCR asal Afganistan dan Iran yang kabur pada Selasa (22/8) lalu, pihak imigrasi menjelaskan para imigran tersebut saat ini belum ditemukan batang hidungnya. “Perburuan tujuh imigran itu masih dalam tahap penelusuran pihaknya dan dipastikan pada dua minggu kedepan para imigran itu akan diketahui jejaknya, namun ia memastikan para imigran itu tidak akan jauh kabur, kemungkinan mereka akan kembali tempat penampungan imigran di Cisarua, Bogor ,” jelas Syamsi.
Sementara itu, 16 imigran yang masih bertahan di hotel Mandala, Tangerang, telah diajukan pihaknya kepada Direkrorat Jenderal untuk segera dilakukan pemulangan ke negara asal atau dikirim ke Australia. “Kaburnya tujuh imigran itu dari hotel hotel Mandala, Jalan dokter Sitanala, Kota Tangerang, Rabu lalu, karena mereka bosan disini. Karena, organization for migration (IOM) dibawah UNHCR belum ada kepastian membawa mereka ke negara ketiga untuk mencari suaka politik,” tuturnya.
Penyebab lain kaburnya imigran ini, para imigran yang diinapkan di Tangerang, dalam satu hotel pun kerap terjadi bentrokan dan konflik internal antara sesama imigran, maka mereka merasakan tidak aman dan nyawa mereka terancam jika terus tinggal bersama imigran yang berseteru tersebut di tempat yang sama. Pihak Imigrasi berperan sebagai penengah agar tidak terjadi konflik antara imigran tersebut. (pane/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.