”Maafin Ya, Bapak Ngerepotin…”
RA Kosasih Detik-detik Terakhir Sebelum Meninggal
Raden Achmad (RA) Kosasih tutup usia Selasa (24/7) dini hari sekitar pukul 01.00 Wib. Almarhum meninggal di usia senja, 93 tahun. Istri Kosasih, Lili Karsilah, telah terlebih dahulu dipanggil Sang Khalik.
Yudhowati, putri RA Kosasih mengatakan, pada 5 hari terakhir ayahnya muntah-muntah dan tidak mau makan. Yudowati menyangka sang ayah mengalami gejala demam berdarah. Namun ketika diperiksakan ke dokter ternyata ada masalah dengan empedunya. “Jantungnya masih nggak apa-apa. Kata dokter paling satu sampai dua hari pulang. Empedunya berpasir,” tutur Yudowati.
Saat sudah meninggalkan RS dan dibawa pulang ke rumah, Kosasih mengatakan tidak mau lagi pergi ke dokter. Dia mengaku sudah capai dan lemas. “Semalam pukul 24.00 WIB juga sempat ngobrol. Sehabis ganti pampers saya tanya bapak masih kuat berdiri nggak. Dia bilang bisa. Tapi waktu berdiri sudah nggak kuat dan jatuh, ketimpa tabung oksigen,” ucap Yudowati.
Tubuh renta Kosasih lalu diangkat lagi ke atas tempat tidur. Saat itu, Kosasih menyampaikan permintan maaf kepada sang anak. “Maafin ya, bapak ngerepotin. Nggak lama bapak nggak ada,” ucap Yudowati sambil berurai air mata.
Ayahnya juga sempat berpesan agar tetap menjalani hidup dengan sabar dan tetap tenang walau kehidupan saat ini dipenuhi oleh emosi. “Bapak merupakan sosok yang baik untuk menjadi panutan. Saya harap agar karyanya dapat diterima oleh seluruh masyarakat dan bermanfaat,” katanya.
Almarhum disemayamkan di rumah duka di Jalan Cempaka Putih III No 2 Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan, dan kemudian disholatkan di Masjid Taajriyah di Rempoa, Ciputat dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
Kosasih dikenal sebagai legenda komik Indonesia. Dia adalah salah satu komikus pertama Indonesia. Semasa hidupnya, dia menulis ratusan cerita bergambar, kebanyakan soal legenda pewayangan.
RA Kosasih lahir tahun 1919 di Bogor, Jawa Barat. Mulai menggambar sebagai ilustrator tahun 1939. Tahun 1950an, dia menggambar Komik ‘Sri Asih’. Inilah komik super hero pertama di Indonesia. Ceritanya seorang wanita bernama Nani yang bisa berubah menjadi pahlawan super dengan mengucapkan ajian “Dewi Asih!”.
“Beliau bisa disebut sebagai komikus pertama dengan karyanya Sri Asih. Pertama kali membuat komik tahun 1953. Karya-karyanya fenomenal,” ujar budayawan Fadli Zon kepada wartawan, Selasa (24/7).
Namun yang paling dikenal dari karya-karya RA Kosasih adalah komik wayang. Dia memadukan kesusastraan India dengan budaya lokal. Berkat Kosasih, kisah Mahabharata dan Ramayana menjadi akrab dengan masyarakat Indonesia.
Komik Mahabharata dan Ramayana mendapat sambutan luas dan mengalami cetak ulang puluhan kali. Hingga kini karya-karya ini masih diburu kolektor. RA Kosasih juga ramah dan tidak pelit berbagi ilmu. Walau menjadi komikus pertama, dia tidak pernah pelit membagi ilmu pada komikus yang lebih junior. “Beliau layak digelari bapak komik Indonesia,” kata Fadli Zon.
Dari tahun 1950-1990an, Kosasih menghasilkan ratusan judul komik. Dia terakhir menggambar komik tahun 1993. Saat itu usianya sudah 70 tahun. Tangannya selalu bergetar sehingga sulit menggambar dengan baik. Kosasih juga beberapa kali dirawat di rumah sakit.
“Saya menjenguk beliau sekitar seminggu yang lalu di rumahnya di Rempoa Ciputat. Walau sudah gemetaran, tapi kondisi kesehatan beliau masih baik. Beliau sendiri yang membukakan pintu untuk saya,” jelas Fadli.
Tapi seperti komik wayang yang selalu digambarnya. Ada kelahiran dan ada kematian. RA Kosasih meninggal dunia Selasa pagi sekitar pukul 00.30 WIB di rumahnya di kawasan Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan. Dia yang menulis gugurnya Gatot Kaca dan para ksatria di Medan Kurusetra telah berpulang. (muhammad iqbal/jarkasih)