Situs Kepurbakalaan Banten Nyaris Punah
Berbicara kata budaya Banten seakan tidak habis cerita, muncul ribuan bahkan jutaan kata sesuai dengan yang butuhkan. Terlepas dari banyak ragam budaya Banten, Banten memiliki kebudayaan peninggalan kesultanan yang hingga kini masih banyak digandrungi masyarakat, antara lain budaya naskah kuno. Namun tidak banyak orang mengetahui, memahami, serta mengerti cara pembacaan naskah kuno peninggalan kesultanan Banten ini. Mengingat naskah kuno ini ditulis dengan manuskrip menggunakan aksara pegon, sedangkan sisanya ditulis dengan aksara sanskerta. Sehingga kondisi itu dikhwatirkan banyak kalangan mengalami kepuhanan.
Padahal, dari naskah kuno ini bisa melihat bagaimana keadaan kesultanan Banten, sejak masa Sultan Hasanuddin hingga peperangan antara Sultan Haji dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Dari situ bisa mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang ditulis oleh orang-orang asli Banten dan juga para ulama Banten.
Beruntung ditengah kelangkaan para pembaca manuskrip, muncullah Komunitas Klinik Pusaka, yang merupakan kepanjangan dari Konservasi Literatur dan Naskah Islam Klasik yang mempelajari bagaimana membaca naskah-naskah kuno, khusus tentang babad Banten. Yadi Suharyadi, pendiri komunitas Klinik Pusaka yang konsen terhadap penyelamatan situs situs kepurbakalaan ini mengakatan, bahwa dipilihnya naskah kuno tentang sejarah atau babad Banten adalah karena saat ini masyarakat Banten sepertinya sedang gelisah mencari jati diri.
“Keinginan itu bisa didapatkan jika melihat masa lalu. Maka, pembacaan babad Banten yang berisi sejaran Banten masa silam menjadi relefan untuk didahulukan,” kata Yadi kepada wartawan, Jumat (8/6).
Membaca naskah kuno babad Banten, menurut Yadi, memang tidak bisa dikatakan mudah. Sebab, saat membaca babad, maka si pembaca harus bisa memacahkan kode-kode yang dibuat saling berkaitan antara satu naskah babad dengan naskah babad lainnya. Dengan mengetahui kode-kode ini, maka seluruh babad baru akan dapat dipahami secara menyeluruh. Di sini, letak kesulitan dan tantangan dalam membaca naskah babad terletak.
“Babad itu artinya pembungkus organ tubuh yang menyerupai handuk. Karenanya, ia bentuknya menyeluruh dan saling terkait. Kalau ada sepuluh naskah babad dan kita hanya membaca sembilan di antara, maka babad yang kesepuluh bisa diketahui berisi apa. Ini hanya bisa dilakukan kalau kita bisa memecahkan kode-kode dalam babad-babad itu,”ujarnya. (bagas/eman)