Nasionalisme Warga Banten Terkikis
SERANG, SN Direktur Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia Yudi Latief menilai nasionalisme masyarakat Indonesia dan Banten khususnya tak perlu diragukan saat melawan penjajahan, namun saat ini terkikis.
“Harus ada upaya untuk memupuk nasionalisme baru melalui semangat melakukan pembangunan yang positif di berbagai bidang,” kata Yudi saat menjadi narasumber dalam seminar nasional wawasan kebangsaan yang diselenggarakan Organisasi Lingkar Kajian untuk Pencerahan (Lingkaran) di Aula SMAN 1 Kota Serang, Senin (26/3/2012).
Seminar bertema Nasionalisme Dulu dan Masa Kini tersebut juga menghadirkan dua narasumber lain yakni Ketua Kwarda Pramuka Provinsi Banten M Masduki dan Pembantu Rektor (Purek) IV Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang Fatah Sulaiman.
Yudi menambahkan, nasionalisme dalam bentuk perlawanan orang Banten mengusir orang Belanda dimotori sejumlah tokoh, dua diantaranya Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Wasyid yang tercatat dalam sejarah Geger Cilegon. “Bentuk nasionalisme saat ini harus terdidik. Artinya, masyarakat saat ini bisa melawan dengan cara lain, tidak memakai peperangan,” ujarnya.
Nasionalisme masa kini harus dilanjutkan dengan semangat membangun. Mendidik sumber daya manusia agar bisa mengelola potensi sumberdaya alam daerah dan menjaga kedaulatan bangsa. “Bagaimana membangun nasionalisme progresif yang dapat menciptakan sumberdaya manusia yang mampu mensejahterakan rakyat,” ujarnya.
Purek IV Untirta Serang Fatah Sulaiman menjelaskan, banyak ragam dan definisi nasionalisme. Tetapi, dapat diartikan sebagai bentuk rasa kebangsaan yang dilandasi kesamaan wilayah, suku, tempat lahir, dan yang utama kesamaan cita-cita.
“Saat ini rasa nasionalisme mulai luntur. Bisa dilihat saat ini, siswa sekolah lebih kenal lagu luar negeri, dibanding lagu kebangsaan,” tegasnya. Padahal, kata dia, masyarakat mempunyai suri tauladan yakni almarhum Abuya Dimyati. “Beliau seorang ulama yang mempunyai nasionalisme yang tinggi. Hingga hampir semua lagu kebangsaan Indonesia beliu hafal,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kwarda Pramuka Banten M Masduki berpendapat, nasionalisme tidak terkikis semua. “Buktinya masih ada siswa yang hadir sebagai peserta diskusi ini,” ujarnya. Mantan Wakil Gubernur Banten ini berkomitmen, Kwarda Pramuka Banten punya tugas untuk menanam dan menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi bangsa. “Dengan cara mendidik disiplin, cerdas, dan bertanggungjawab,” katanya.
Masduki menjelaskan, ada empat pilar kebangsaan yang harus diketahui masyarakat untuk memupuk nasionalisme yakni Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Eka. “Pilar kebangsaan ini harus dipahami dan diamalkan oleh para siswa. Nanti akan lahir pemimpin yang baik dan mampu membuat masyarakat sejahtera,” katanya.(eman/fah)