Semarak Festival Tari Saman dan Daerah 2012
CIKOKOL,SN Aksi panggung tim penari Saman SMAN 10 Kota Tangerang ini mendulang decak kagum penonton, termasuk para juri. Mereka adalah salah satu tim peserta Festival Tari Saman dan Daerah 2012 di Metropolis Town Squre, Cikokol, Kota Tangerang, Minggu (25/3).
Kostum mereka warna warni, cantik bersolek ala penari tradisional. Tentunya menari seperti layaknya tim profesional. Seperti yang dilakukan Vika, salah seorang penari Saman dari SMAN 10 Kota Tangerang. Dengan semangatnya dia bergerak cepat, seragam, dengan sembilan orang grup Samannya. Bedanya, dia kebagian menjadi penari yang sambil menariakkan suara melengking.
“Ampuh juga lho buat menghilangkan grogi saat tampil di panggung,” ujar Vika sesaat setelah mereka tampil. Uniknya, walaupun konsentrasi bernyanyi dan sesekali mengeluarkan suara melengking, Vika tetap bisa menyeimbangkan gerakan cepat Saman teman-temannya.
Sekali saja salah, akan terlihat fatal dan sangat jelas terlihat kesalahan tersebut. Berkat kerja keras timnya, tim Saman SMAN 10 Kota Tangerang pun dianugerahi juara dua se Jabodetabek.
Selain SMAN 10, tim Saman SMAN 2 dan 14 pun keluar sebagai juara satu dan tiga. Sementara itu, tidak hanya Saman yang diperlombakan, siswa siswi dari taman kanak kanank pun tidak mau ketinggalan mempertontonkan aksi mereka.
Dengan membawakan tari Ondel-Ondel asal Jakarta atau Betawi, ternyata mereka keluar sebagai juara satu dalam kategori A atau TK. Seperti yang dikatakan Dodi Gunawan, Manager Marketing Communication (marcom) Metos.
Dia mengatakan perlombaan terbuka untuk segala usia, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. “Demi keadilan dan kompetitifnya perlombaan, kami memisahkan mereka berdasarkan kelompok umur atau usia sekolah,” ujarnya.
Acara yang masih dalam rangkaian tema Maret, Fun and Young, Dodi menginginkan keceriaan anak muda bukan hanya kearah modernisasi. Tetapi, ujarnya, diarahkan pula pada pengetahuan dan mempraktekan tarian tradisional.
“Makanya, saya cukup bangga pula dengan adanya 20 tim tari tradisional yang menunjukkan kebolehannya,” aku Dodi. Untuk menghargai penampilan peserta kompetisi tari tradisional, Dodi mengatakan juri berasal dari kalangan berkopeten.
Misalnya, pengamat tari diwakili ibu Iing, instruktur tari diwakili oleh Putri. Kedua juri tersebut, ternyata menilai peserta berdasarkan Wiraga, Wirama, dan Wirasa.(pramita)