Masyarakat Jangan Mudah Terprovokasi
SERANG, SNOL – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten terbuka untuk semua etnis (kelompok etnik), yang ingin mencari penghidupan diwilayah Banten. Kabar yang beredar akhir-akhir ini, bahwa Pemprov diskriminatif terhadap etnis tertentu,
itu merupakan isu yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin melihat daerah Banten tidak kondusif.
Demikian disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Kurdi Matin, saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinis Banten (KP3B) Curug, Kota Serang. Katanya, Pemprov ataupun masyarakat Banten tidak pernah alergi dengan orang luar Banten. Ia berharap, masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh hal-hal yang belum tentu benar.
“Kita hidup bersosial, harus menerima perbedaan. Banten juga merupakan wilayah yang ditempati oleh berbagai macam orang, yang datang dari berbagai wilayah juga. Kemajemukan ini harus dihargai dan dipelihara, jangan sampai terjadi konflik,” kata Kurdi, Jumat (13/3).
Kata Kurdi, bukti bahwa Banten itu multi etnis adalah, dengan banyaknya warga luar yang bekerja dilingkungan Pemprov dan Pemkab/Pemkot di Banten. Bahkan, di beberapa perusahaan swasta diwilayah Banten juga banyak orang yang bukan orang asli Banten.
“Kemarin juga, banyak yang keterima menjadi PNS di Pemprov Banten, tapi bukan asli warga Banten,” ujar mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Banten ini.
Akademisi Universitas Serang Raya (Unsera) Abdul Malik mengaku, persoalan penerimaan orang yang bukan sedaerah kerap terjadi diberbagai wilayah. Salah satu contohnya, pada saat ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada).
“Orang-orang daerah itu biasanya menginginkan putra daerah, padahal semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk maju. Kemudian, isu putra daerah dibesar-besarkan oleh media. Judulnya beritanya biasanya ‘saatnya putra daerah muncul’ atau yang lainnya. Hal itu mungkin wajar, namun disaat multikulturalisme menjadi semboyan, hendaknya persoalan primordial (kedaerahan,red) dikesampingkan,” ungkap Malik. (ahmadi/mardiana)