Eks PSK Dolly Diboyong ke Dadap Seharga Rp 2,25 Juta

DADAP,SNOL Khawatir tak laku, para pekerja seks komersial dari lokalisasi Dolly yang merantau ke Dadap, Kosambi Kabupaten menyembunyikan identitasnya. Diboyong dari Dolly Surabaya dengan ongkos Rp 2,25 juta per orang.

Keberadaan para pekerja seks komersial (PSK) asal Dolly Jawa Timur di lokasi prostitusi Dadap Kosambi Kabupaten Tangerang sudah diakui oleh Satpol PP dan Komisi Pemberantasan Aids Kabupaten Tangerang.

Namun bukan perkara mudah mencarinya di lapangan. Penelusuran wartawan Satelit News menunjukkan, PSK asal Dolly maupun mucikarinya menutup rapat asal usul mereka dengan alasan takut kehilangan pelanggan.

“Saya takut kalau tamu tahu saya dari Dolly, mereka tidak mau datang lagi kesini. Lagian mereka tahunya kalau saya orang baru,” jelas L (25), salah seorang PSK asal Dolly sambil tersenyum ditemui, kemarin.

Perempuan yang mengaku berasal dari Ngawi Jawa Timur itu mengaku keberadaannya di prostitusi Dadap merupakan sebuah keterpaksaan. Dia tidak memiliki keahlian untuk bisa bekerja di bidang lain selain menjadi pemuas bagi ‘lelaki hidung belang’.

“Sejak Dolly ditutup saya bingung. Saya harus cari uang untuk hidup saya dan anak. Jadi saat dapat ajakan teman untuk bekerja di Dadap sini, ya saya ikut saja,” ujar janda satu anak tersebut.

L mengatakan, saat penutupan Dolly, dia sempat menerima uang santunan dari pemerintah Surabaya sebesar Rp 5 juta sebagai pengganti ongkos pulang. Namun uang tersebut tidak mencukupi kebutuhan diri dan anaknya, termasuk orangtua yang mengasuh sang buah hati di kampung asalnya.

“Uang Rp 5 juta tentunya tidak akan bisa mencukupi kehidupan kami selamanya makanya saya terpaksa terjun lagi menjadi PSK karena tidak ada keahlian lainnya,” ujarnya.

Saat ditanya apakah ada kekhawtiran jika tempatnya saat ini bekerja akan kembali ditutup pemerintah, L mengatakan dirinya tentu akan mencari tempat lain.
“Ya kalau ditutup cari tempat lain lagi lah,” ujarnya enteng.

Sementara itu J, muncikari sekaligus pemilik cafe tempat mangkal para PSK mengatakan pihaknya tidak bisa membatasi asal para perempuan yang akan bekerja di Dadap. Bahkan J mengatakan pihaknya selalu kekurangan pekerja di tempatnya.

J mengaku untuk mendatangkan 4 PSK asal Dolly, dia harus mengeluarkan uang sebesar RP 7 juta hingga Rp 9 juta sebagai uang pengganti ongkos bagi para penyuplai di tempat asal.

“Kadang saya juga tertipu mas, setelah uang kita serahkan, eh selang beberapa hari dengan alasan tidak betah para PSK yang akan kerja di tempat kita kabur,” ujarnya.
Menurut J, tarif yang dipatok untuk kencan singkat (short time-red) dengan para PSK-nya antara Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu. Dari tarif tersebut, dia mendapatkan keuntungan Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu melalui jasa sewa kamar. Selain dari uang sewa kamar, J menangguk untung dari minuman serta rokok yang dibeli tamu yang datang.

“Kami tidak memberikan gaji, namun para PSK diperilahkan mematok tarifnya sendiri sebagai keuntungannya,” ujar J.

Dia menjelaskan untuk bisa membuka usaha seperti dirinya, dibutuhkan peralatan karaoke serta membayar uang sewa ‘lapak’ setiap tahunnya.

“Untuk tempat yang saya pakai saat ini, sewanya Rp 25 juta per tahunnya, namun semakin ke depan tentunya se-makin mahal bisa mencapai Rp 35 juta,”papar pria yang mengaku datang dari Jambi itu.

Sementara itu dari hasil pengamatan di lapangan, pasca ditutupnya Dolly dan juga tempat prostitusi Sungai Tahang beberapa waktu lalu, terjadi penambahan jumlah PSK serta jumlah cafe yang buka di Dadap. Saat ini cafe-cafe tersebut sudah hampir buka di sepanjang Jalan Dadap Chegn In hingga ke tepian laut. Salah satu contohnya jika sebelumnya hanya ada 1 cafe Doli-Doli kini sudah ada 2 cafe yang dinamakan Doli-Doli. (hendra/ gatot/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.