Suami Hobi ‘Jajan’ Beresiko Penular HIV/AIDs
CIKUPA,SNOL—Kasus HIV di Kabupaten Tangerang masih menjadi fenomena gunung es. Masih banyak yang belum terdeteksi sehingga diyakini kasus ini justru cenderung meningkat.Wilayah Kosambi, menjadi kecamatan tertinggi jumlah orang dengan HIV/AIDs (Odha)-nya di Kabupaten Tangerang. Disusul Cikupa, Curug, Balaraja, Jayanti, Solear, Legok, Kelapa Dua dan Kecamatan Pagedangan.
Untuk menekan kasus ini tidak cukup hanya melakukan tes darah kepada para pekerja seks komersial (PSK), namun dibutuhkan kesadaran tinggi dari masyarakat, khususnya kaum lelaki berkeluarga. Sebab lelaki berkeluarga, khususnya para suami yang ‘nakal’ paling beresiko menjadi pembawa virus mematikan tersebut.
“Bila suami “nakal” lalu “jajan” dengan PSK yang terjangkit HIV, dipastikan tertular. Kemudian si suami beresiko menularkan HIV kepada istrinya. Jika suami punya dua istri atau lebih, tentunya jumlah resiko tertular HIV lebih banyak lagi,” kata pemerhati masalah HIV/AIDs, Syaiful W Harahap pada work shop bertajuk peran media dalam penanggulangan HIV/AIDs di kawasan Cikupa, Sabtu (23/8).
Syaiful yang juga wartawan senior itu mengatakan, HIV/AIDs bukan saja berdampak buruk bagi pengidapnya. Lebih dari itu, HIV/AIDs menimbulkan dampak sangat dahsyat bagi kehidupan sosial dan ekonomi keluarganya. “Masyarakat belum bisa menerima Odha, karena takut tertular. Tapi kami terus dorong agar tidak ada diskriminasi terhadap Odha. Sebab HIV/AIDs hanya bia menular melalui hubungan seksual,” katanya.
Dia kembali mengingatkan kaum lelaki soal dampak buruk HIV terhadap ekonomi keluarga. Sebab, suami yang terjangkit HIV/AIDs dipastikan akan kehilangan pekerjaan, kemudian butuh biaya yang tidak sedikit untuk pengobatanya, meski sampai saat ini HIV/AIDs belum bisa disembuhkan.
Saat ini yang bisa dilakukan dunia medis hanya menekan virus HIV agar tidak cepat menyebar ke sel darah putih penderitanya. Obat yang disebut ARV itu, bukan untuk membunuh namun hanya mampu membuat pingsan virus HIV. “Bayangkan jika pengidap HIV tidak mengonsumsi ARV sekali saja,”imbuhnya.
Berkaitan dengan sisi pengobatan, KPA Kabupaten Tangerang mengungkapkan, pada akhir tahun ini. badan dunia yang menangani HIV/AIDs, berencana akan menghentikan bantuan obat-obatan bagi penderita HIV/AIDs di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Tangerang.
“Dengan kata lain, penderita HIV/AIDs nantinya akan menanggung sendiri biaya pengobatan. Tentunya akan lebih mahal karena tidak lagi disubsidi badan dunia. Untuk itu kami berupaya mendorong pemerintah mau menambah dana pada APBN maupun APBD untuk suplai obat bagi pengidap HIV/AIDs,” kata Sekretaris KPA Kabupaten Tangerang, Evi Indarti.
Dari data yang ada menyebutkan, secara nasional di Indonesia sejak 1987 hingga Maret 2014 kasus hiv mencapai 134.042 jiwa, sedangkan penderita AIDs sebanyak 54.231 jiwa. Dengan jumlah kematian sebesar 9.615 orang.
Dari jumlah tersebut, Provinsi Banten menempati peringkat 11 nasional, dengan sebanyak 3.353 kasus HIV dan 1.042 pengidap AIDs. Sedangkan secara kumulatif sejak 2008 hingga Juni 2014 di Kabupaten Tangerang, tercatat sebanyak 517 atau 53% kasus HIV dan 283 orang yang sudah dinyatakan AIDs. “Tidak menutup kemungkinan jumlahnya lebih dari itu, mengingat fenomena gunung es, banyak yang masih enggan atau malu untuk memeriksakan diri,” tandasnya.
Sementara, Kabid Program Penanganan HIV/AIDs Dinkes Kabupaten Tangerang, TB Bisri menyebut, pihaknya melakukan pendekatan syindrom kepada warga yang ingin konseling mengenai kemungkinan terjangkitnya virus HIV. “Sebanyak 43 Puskesmas telah menyediakan fasilitas konseling tentang HIV/AIDs,” katanya. (aditya/jarkasih)