Jamu Chelsea, PSG Buru Rekor Kandang
PARIS,SNOL Paris Saint Germain layak percaya diri ketika menjamu Chelsea pada leg pertama babak perempat final Liga Champions di Parc des Princes, Paris, Kamis (3/4) dini hari WIB.
Pasalnya, PSG memiliki rekor kandang yang sangat baik ketika melakoni laga di kompetisi Eropa. Total, tim berjuluk Le Parisien itu tak terkalahkan dalam 28 pertandingan kandang.
Kali terakhir PSG menelan kekalahan kandang ialah ketika ditekuk Hapoel Tel Aviv dengan skor 2-4 di fase grup Piala UEFA (sekarang Liga Europa) pada November 2006 silam. Artinya, PSG bisa menjaga keangkeran kandang selama delapan tahun.
“Kami harus menghormati Chelsea karena mereka memiliki pelatih yang sukses dan pemain yang hebat. Namun, jika Anda bertanya pada saya siapa tim yang lebih hebat, saya akan menjawab PSG,” terang striker PSG, Ezequiel Lavezzi pada L’Equipe, Rabu (2/4).
PSG kini tengah berusaha melampaui catatan pada musim lalu. Ketika itu, Rouge et Bleu, julukan lain PSG hanya bisa bertahan hingga babak perempat final setelah dikandaskan Barcelona.
“PSG berada dalam level di mana semuanya adalah hal yang memungkinkan. Kami berada dalam posisi di aman kami bisa membeli pemain terbaik dunia. Kami bisa mengalahkan tim manapun di dunia,” tegas Lavezzi.
Sementara itu Zlatan Ibrahimovic memang dicap sebagai pemain egois, bandel dan sulit dikendalikan. Namun, itu hanya berlaku bagi para pelatih yang tak dihormati Ibra, sapaan karib Ibrahimovic.
Ketika sudah dilatih sosok yang sangat dihormati, Ibra bisa berubah menjadi anak manis. Namun tak semua pelatih yang pernah membesutnya adalah sosok yang dihargainya.
Selama berkarir, hanya ada segelintir pelatih yang bisa menaklukkan Ibra. Salah satunya ialah Jose Mourinho yang kini menjadi juru kemudi Chelsea. Bagi Ibra, Mourinho adalah sosok yang luar biasa.
Ibra merasakan sendiri tangan dingin pelatih berjuluk The Special One itu. Yakni ketika mereka sama-sama berjibaku untuk raksasa Serie A, Inter Milan pada musim 2009 silam.
Namun, kebersamaan itu tak berlangsung lama. Sebab, setelah itu, kapten timnas Swedia itu memutuskan hengkang ke Barcelona. Sebaliknya, The Special One tetap melatih Inter. Meski hanya singkat, Ibra sudah bisa merasakan pengaruh kuat Mourinho.
“Saya selalu memiliki ikatan dengannya. Dimanapun dia pergi, dia selalu memenangkan gelar juara. Dia adalah pelatih yang luar biasa. Dia tahu apa yang dilakukannya. Dia tahu apa yang dibutuhkan untuk menang dan dia memiliki pengalaman,” puji Ibra sebagaimana dilansir laman Tribal Football, Rabu (2/4). (jos/jpnn)