Airin Urai Prestasi, Tokoh Beber PR

HUT ke-5 Tangsel Digelar Meriah
SETU, SNOL Halaman depan ge­dung DPRD Kota Tangerang Sela­tan (Tangsel), tampak tidak seperti biasanya, Selasa (26/11). Di depan, berdiri tenda putih dengan dekora­si mewah. Mulai dari pintu masuk, hingga menuju gedung dewan. Konbloknya juga dilapisi karpet merah untuk dilewati tamu undan­gan. Aroma segar bunga cantik juga langsung terasa semerbak di seluruh ruang paripurna dewan.
Ya, kemarin memang digelar paripurna dalam rangka merayakan hari jadi Kota Tangsel ke-5. Pada perayaan kali ini, Pemkot bersama DPRD mengundang masyarakat dan tokoh pendiri dalam paripurna di Gedung DPRD, Setu.
Pada paripurna kali ini, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah berha­langan hadir dan diwakili Asda II Provinsi Banten Husni Hasan. Kursi para anggota dewan serta SKPD pun penuh terisi. Begitu pula kursi tokoh masyarakat Tangsel, H margiono, serta tokoh pemrakarsa Tangsel Zarkasih Noor, hadir dalam paripur­na tersebut.
Dalam kesempatan tersebut di hadapan ribuan tamu undangan, Walikota Airin Rachmi Di­any yang tampil cantik men­genakan jilbab putih yang dipadukannya dengan safari abu, mengemukakan prestasi yang sudah diraih selama kepemimpinanya. “Sebel­umnya, saya sangat berter­ima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada masyarakat, para tokoh, dan semua pihak, yang secara ber­sama bahu membahu mem­bangun Kota Tangsel,” ucap­nya sebagai pembuka.
Kemudian, satu persatu, Ai­rin mengungkapkan prestasi Kota Tangsel. Mulai dari in­deks pembangunan manusia yang meningkat, dari sebel­umnya 74,8 persen di 2008, naik menjadi 76,61 persen di tahun 2012. Untuk masyarakat melek huruf pun mengalami peningkatan. Jika pada 2008 mencapai 98,12 persen, di 2012 meningkat 0,39 persen menjadi 98,51 persen. Begitu pula dengan angka harapan hidup di 2012 meningkat tipis 68,77 persen, dari tahun 2008 sejumlah 68,4 persen.
“Peningkatan tersebut juga berlaku bagi jumlah pen­duduk di Kota Tangsel. Di ta­hun 2008 kami mencatat pen­duduk berjumlah 1,1 juta jiwa, kemudian meningkat 300 ribu jiwa di tahun 2012 mencapai 1,4 juta jiwa,” papar Airin yang tampak serius membaca prestasi Kota Tangsel.
Dengan sesekali membe­narkan posisi kacamatanya, Airin pun mengungkapkan kelonjakan Anggaran Penda­patan Belanja Daerah (APBD) dari tahun ke tahun. Di awal kepemimpinanya di 2009, Kota Tangsel memiliki APBD Rp 191,79 miliar. Kemudian ang­ka tersebut bertambah tiga ta­hun kemudian menjadi Rp 2,2 triliun di tahun 2013. “Penda­patan Asli Daerah (PAD) kami pun bertambah. Di 2009 kami memiliki Rp 25,3 miliar, dan meningkat di 2013 menjadi Rp 600,8 miliar,” ujar Airin.
Berbagai pendapatan terse­but dialokasikan untuk pro­gram kerja pemerintahan yang menjadi prioritas. Antara lain pemberian BOSDA untuk 208 sekolah dasar sebesar Rp 32,4 miliar, 20 SMP sebesar Rp 20 miliar, madrasah Rp 1,6 miliar. “Serta rintisan BOSDA untuk 17 SMA dan SMK sebesar Rp 11,1 miliar,” ungkap Airin. Juga untuk infrastruktur lain­nya, seperti bidang kesehatan dan juga perbaikan jalan.
Masih Banyak PR
Berbagai prestasi dipapar­kan Airin tidak menjadikan kota termuda di Banten ini sarat kekurangan. Hal itu ter­ungkap dalam diskusi para to­koh pendiri Tangsel yang dige­lar di salah satu rumah makan di kawasan Cilenggang, Ser­pong, kemarin (26/11).
Diskusi dihadiri oleh Ketua Presidium Masyarakat Kota Tangsel Margiono, Zarkasih Noor, Abdul Rozak, Rashyud Syakir, Suryadi, dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka men­gungkapkan apa yang masih menjadi ganjalan dalam lima tahun berdirinya Kota Tangsel.
Tokoh pendiri Tangsel Zarkasih Noor mengungkap­kan, birokrasi kepemimpi­nan Airin dirasa masih lesu. “DPRD pun kurang tegas dalam pengawasan, sehingga tidak terlihat adanya kemajuan yang signifikan,” katanya.
Sementara Suryadi, tokoh lainnya menyoroti adanya proses mutasi jabatan yang tidak mem­perhatikan kemampuan sumber daya manusia (SDM). “Seharus­nya disiapkan dulu, jangan main asal taroh saja,” katanya.
Berbeda, Rasyud Syakir mengkritisi terkait keberadaan warga Tangsel yang masih tersisih. “Orang asli Tangsel masih terimajinalkan. Buka­lah lapangan kerja, begitu pun pengawasan PNS, jangan leb­ih banyak orang luar diband­ingkan pribumi,” paparnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Tangsel, H Mar­giono menganggap apa yang menjadi persoalan Tangsel saat ini sangatlah mendesak. “Ini situasi yang mendesak. Harus segera disampaikan, ka­lau tidak bisa diperbaiki seka­rang, bisa telat,” kata pria yang juga Ketua PWI Pusat ini.
Margino merasa banyak permasalahan yang saat ini dihadapi kepemimpinan Ai­rin. Terlebih permasalahan yang timbul dan tidak bisa diselesaikan dengan jalur formal. “Permasalahan tim­bul justru berasal dari daerah yang rawan. Pemimpin harus mempunyai seni bagaimana mengatasinya, dengan blusu­kan bisa jadi salah satu cara,” pungkas bos Rakyat Merdeka Group ini. (pramita/deddy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.