Kurikulum 2013 Tidak Pas untuk SD

PURBALINGGA,SNOL Sejumlah pendidik mengeluhkan kurikulum 2013 yang dianggap tidak sesuai dengan karakter siswa membuat siswa kesulitan dalam menyerap materi yang disampaikan. Penerapan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada kurikulum 2006 atau lebih dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Kurikulum yang baru ini bertujuan juga untuk mendorong peserta didik atau siswa, untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang telah diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran.
Di Purbalingga sendiri dari 466 SD, baru ada tiga SD sebagai sekolah piloting yang menyelenggarakan kurikulum 2013 yakni SDN 1 Bedagas, SDN 1 Cendana dan SDN 1 Kembaran Kulon.
Salah satu guru kelas I SDN Bedagas, Sudjarwi mengaku masih kesulitan beradaptasi dengan hal-hal teknis, khususnya terkait teknis pembelajaran. Menurutnya, karakter anak didik, khususnya di kelas I masih masih terbawa suasanab PAUD. Hal tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri pada guru untuk melaksanakan pembelajaran kurikulum baru.
Dijelaskan Sudjarwi, pada penerapan Kurikulum 2013 siswa diharuskan lebih aktif dan mandiri. Penerapan kurikulum 2013 ditekankan pada nilai-nilai yang berbasis tematik. Sehingga materi-materi yang diajarkan disesuaikan dengan tema yang ada.
“Mereka kebanyakan masih belum dapat mandiri sepenuhnya, padahal adaptasi siswa dengan hal yang baru membutuhkan waktu,” ungkapnya.
Berbeda dengan kurikulum lama yang tidak berbasis tematik, ada materi khusus mengenai baca tulis, sehingga perkembangan anak dalam hal baca tulis dapat terlihat jelas. Saat ini materi itu tidak ada. “Untuk kurikulum 2013 sendiri, materi baca tulis tidak diajarkan secara khusus, karena materi yang diajarkan disesuaikan dengan tema. Namun demikian, tetap ada meteri yang berkaitan dengan dasar-dasar seperti baca tulis,” tegasnya.
Disampaikan Sudjarwi, kendala itu kemungkinan sama seperti yang dihadapi oleh para guru di sekolah piloting lainya. “Siswa kelas I masih belum lancar membaca dan solusinya kita juga harus mengajari belajar membaca dan sampai sekarangpun mereka belum dapat membedakan tema dalam setiap pembelajaran,” tegasnya.
Sementara itu Kepala SDN I Bedagas, Taryono mengatakan melalui Kurikulum 2013 ini diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Sehingga penilaianpun tidak lagi menggunakan angka melainkan dengan uraian tulisan.
“Sebenarnya banyak hal yang harus disiapkan untuk implementasi Kurikulum 2013 ini, tapi ada dua hal yang krusial, yaitu masalah guru dan buku,” ungkapnya.
Persoalan guru dapat dirasakan krusial saat guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun tidak akan membawa perubahan apa-apa pada dunia pendidikan nasional. Sedangkan buku itu vital karena menjadi pegangan murid untuk belajar. “Bagaimana mungkin guru dan murid dapat mengajarkan serta mempelajari apa yang dimaui oleh kurikulum baru apabila mereka kaget dan belum bisa beradaptasi,” pungkas Taryono.
Kondisi serupa dialami oleh guru Kelas IV SDN Cendana, Anjar Sosiadi. Dikatakan, kendala ada pada implementasi Kurikulum 2013 ketika siswa tidak memiliki sifat kemandirian penuh. Maka mereka akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Karena seperti diketahui bahwa dalam penerapan kurikulum baru ini mengharuskan siswa lebih kreatif dan inisiatif. “Guru sebenarnya dalam hal ini seharusnya memiliki kedudukan sebagai pendamping, bukan pengajar,” ujarnya. (bay/acd/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.