Pemerintah Rogoh 360 M Per Hari Buat Impor Minyak

Susilo-SiswoutomoImpor Pertamax Lebih Murah Dibanding Premium
SNOL. Ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia sudah tinggi. Bahkan, pemerintah harus merogoh kocek 36 juta dolar AS atau setara Rp 360 miliar per hari untuk mengimpor 360 ribu barel BBM.
Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, kebutuhan BBM nasional per hari mencapai 1,4 juta kiloliter (KL). Sementara produksi minyak mentah nasional hanya 840 ribu barel per hari (bph). Sedangkan minyak jatah pemerintah yang diolah hanya 650 ribu bph.
Padahal, kata dia, kapasitas kilang minyak yang dimiliki Pertamina saat ini mencapai 1 juta bph. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kilang Pertamina, Indonesia harus impor minyak mentah sebesar 360 ribu bph atau senilai 36 juta dolar AS per hari
Menurut dia, kebutuhan BBM tahun depan akan semakin tinggi seiring dengan melonjaknya jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan ekonomi.
“Tahun depan kebutuhan BBM naik 8 persen, artinya impor akan makin besar lagi,” kata Susilo di Jakarta, kemarin.
Untuk diketahui, pemerintah menganggarkan dana subsidi BBM Rp 195 triliun buat tahun depan. Angka tersebut turun sekitar 2 persen dibandingkan anggaran subsidi BBM pada APBN Perubahan (APBNP) 2013 yang sebesar Rp 200 triliun.
Sementara volume, kuota atau jatah BBM subdsidi tahun depan tetap naik menjadi 50,5 juta KL, atau naik dibandingkan target Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 yang sebesar 48 juta KL. Sedangkan target produksi minyak sebesar 870 ribu bph.
Sekretaris Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto menjelaskan, impor pertamax jauh lebih murah alias efisien daripada produksi premium pada kilang sendiri di dalam negeri.
“Lebih untung impor pertamax atau BBM ber-RON 90 atau 92 dari pada produksi premium sendiri di kilang dalam negeri,” ujar Djoko.
Alasannya, harga pertamax di pasar internasional berfluktuatif, sementara produksi bensin di kilang sendiri lebih mahal.
Djoko bilang, produksi di kilang sendiri lebih mahal sekitar 5 persen dari harga internasional atau MOPS (Mean Of Plats Singapore) atau lebih mahal dari BBM impor.
“Kenapa bisa lebih mahal? Karena kilang minyak yang dimiliki saat ini usianya tua sehingga tidak efisien dan lebih mahal,” jelas Djoko.
Djoko mencontohkan, misalnya harga bensin pertamax impor Rp 7.000 per liter, kalau premium produksi kilang sendiri lebih mahal 5 persen atau Rp 350 per liter. Berarti, kata dia, harga di kilang dalam negeri sekitar Rp 7.350 per liter.
Karena itu, dia berharap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk mempercepat proses pembangunan kilang di dalam negeri yang dibiayai dari APBN.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro mengatakan, pemerintah menargetkan studi kelayakan (feasibility study/FS) kilang minyak yang dibangun dengan dana APBN dapat rampung tahun ini. Studi kelayakan dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dengan biaya sekitar Rp 17 miliar.
Kenapa dilakukan Pertamina? Sebab, perusahaan pelat merah itu yang nantinya akan mengoperasikan kilang tersebut.
“Setelah FS rampung tahun ini, diharapkan tahun depan dapat dilakukan desain perencanaan dasar (front end engineering design/FEED). Diharapkan pada tahun 2017, kilang sudah dapat dioperasikan,” tutur Edy.
Menurut Edy, kebutuhan Indonesia akan kilang baru sudah mendesak. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terpaksa dilakukan impor BBM sekitar 400 ribu bph. (Harian Rakyat Merdeka)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.