Tangsel Jadi Arena Pembalasan Teroris
CIPUTAT,SNOL Dalam rentang tiga pekan, empat polisi menjadi sasaran aksi penembakan oleh orang tidak dikenal. Ironisnya, seluruh aksi terjadi di wilayah Kota Tangsel.
Kasus Jumat (16/8) lalu menjadi penembakan ketiga di wilayah hukum Tangerang Selatan. Dua penembakan sebelumnya juga terjadi di Tangerang Selatan. Mengapa? Salah seorang analis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membeberkan hasil analisa sementara modus operandi kelompok ini.
“Ini qishash atau darah dibalas darah. Mereka membalaskan dendam,” kata perwira menengah itu. Tangerang Selatan dianggap sebagai kawasan dimana Densus 88 membunuhi teman-temannya. “Bagi kelompok seperti ini, mereka yang mati ditembak Densus ibarat keluarganya sendiri,” tambahnya.
Karena itu Tangerang Selatan ditetapkan sebagai wilayah perang atau Sakhat Al Ma’rikah. “Biasa juga disebut jihadul sakhah, atau medan jihad,” katanya. Ini dilakukan oleh kelompok yang mempunyai keterkaitan ideologis dengan mereka yang pernah tewas di Tangerang Selatan.
Dalam catatan polisi, setidaknya ada enam teroris yang meninggal dalam penggerebekan Densus 88 di Tangerang Selatan. Mereka adalah Syaifudin Zukhri dan Mohammad Syahrir, di Ciputat, Tangerang Selatan Oktober 2009. Duo ini adalah perencana bom JW Marriott 2009. Lalu, Dulmatin di warnet Multiplus Pamulang, Tangerang Selatan pada Maret 2010. Dulmatin juga buronan kakap.
Disusul, Hendra Saputra alias Endar dan Doni Maret 2012 di Kampung Lio Pondok Aren Tangerang Selatan. Hingga kini keterlibatan keduanya dalam kasus terorisme belum jelas benar. Jenazahnya bahkan tertahan sebulan sebelum akhirnya bisa dimakamkan keluarganya.
Yang terakhir, Kodrat alias Polo ditembak Densus di Pondok Aren Tangerang Selatan 15 Maret 2013 karena dianggap terlibat perampokan toko emasTambora. Foto Kodrat yang berkeringat walaupun sudah ditembak berhari-hari sebelumnya, sempat jadi bahan propaganda di internet bahwa Kodrat mati dalam keadaan syahid.
“Kami menduga mereka mempunyai safe house atau tempat persembunyian di Tangerang Selatan. Saat ini, kami sedang melakukan operasi serius di wilayah itu,” tutupnya.
Pasca kasus penembakan dua anggota Polsek Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Polres Metro Tangerang terus melakukan peningkatan pengamanan dan kewaspadaan bagi para anggotanya saat melakukan tugas. Bahkan, mereka dilarang melakukan patroli tanpa kawan dan persenjataan lengkap.
“Kewaspadaan dari tiap-tiap individu juga akan terus ditingkatkan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu bagi angggota yang akan melaksanakan tugas diinstruksikan untuk tidak beroperasi sendirian atau bahkan berdua. Minimal satu regu terdiri dari empat personel. Selain itu mereka juga harus membawa senjata lengkap. Ini untuk pengamanan diri,” kata Kapolres Metro Tangerang, Kombes Pol Riad, Minggu (18/8).
Kobes Riad juga menginstruksikan bagi para anggotanya untuk tidak mengenakan seragam dan kendaraan dinas. “Ini berdasarkan instruksi langsung dari Polri. Jadi kami tinggal menjalankan saja. sampai keadaan kondusif,” tukasnya.
Di sisi lain, menurut Riad saat ini dirinya juga sedang fokus melaksanakan Operasi Ketupat dan Operasi Mata Praja dalam rangkaian Pilkada Kota Tangerang akhir Agustus mendatang. “Ini memang menjadi pukulan berat bagi tubuh kepolisian. Namun bukan berarti perhatian kita akan beralih semua ke sana,” tegasnya. (pramita/kiki/deddy/jpnn)