Fahri Tuding Dipo dan Sudi Otak di Balik Kasus Luthfi
JAKARTA,SNOL Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah menuding Sekretaris Kabinet Dipo Alam menjadi otak di balik kasus suap kuota impor daging sapi adalah Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam.
Sebab, Dipo pula yang awalnya melaporkan adanya dugaan korupsi di tiga kementerian, termasuk Kementerian Pertanian.
“Peran Dipo Alam besar sekali. Otak di balik kasus ini ya Dipo Alam. Kasus ini di belakangnya Dipo Alam,” kata Fahri di DPR, Jakarta, Senin (1/7),
Fahri mengatakan, kasus suap kuota impor daging sapi itu bermula setelah adanya laporan Dipo kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Fahri juga menyebut Dipo menggunakan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang memiliki data lengkap.
“Otaknya juga mata-mata kabinet itu di UKP4. Ini akan ke arah sana temuannya. Pertanyaannya, kita harus secara rill menelisik perkara ini satu per satu, bagaimana pola ini digerakkan,” ucap anggota Komisi III DPR tersebut.
Fahri juga menuding tersangka kasus dugaan korupsi pembobolan Bank Jawa Barat, Yudi Setiawan memiliki hubungan dengan Dipo dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.
“YS sebetulnya nama yang sering dibawa dia, nama SS dan Dipo Alam. Setiap ketemu LHI (Lutfhi Hasan Ishaaq), dia bilang salam dari SS. Dia sudah punya hubungan yang kuat dengan satu kelompok yang sedang bermasalah juga,” ujar Fahri.
Menurut dia, kasus suap kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian amat sulit jika dikaitkan dengan mantan Presiden PKS, Lutfhi Hasan Ishaaq yang kini menjadi terdakwa dalam kasus itu. Pasalnya, Lutfhi belum menerima uang itu. “Sekarang ini LHI juga tidak nyambung, uangnya tidak sampai ke LHI kok,” ucapnya.
Karena itu Fahri memertanyakan keseriusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menguak kasus tersebut. “Kalau KPK komit dengan kebenaran, kenapa sadapan AF (Ahmad Fathanah) dengan orang yang ambil uang ke Le Meridien dan sopir tidak diungkap ke publik. Negara ini, tumpul ke sekelompok orang, tajam ke sekelompok orang,” pungkasnya. (gil/jpnn)