Endah N Rhesa Taklukkan Cannes dengan Balada
MUSISI INDONESIA YANG SUKSES DI FESTIVAL MIDEM PRANCIS
Bisa menembus Midem Festival 2013 di Cannes, Prancis, pasti tidak mudah. Karena itu, tampilnya duo musisi Indonesia yang tergabung dalam Endah N Rhesa di antara sebelas band terpilih di festival tersebut adalah prestasi yang membanggakan.
I love you but it’s not so easy
To make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you’re still in my dream
Ratusan muda-mudi mengangguk-anggukkan kepala. Sesekali mereka melambai-lambaikan tangan sembari menyanyi bersama. Mereka pun larut dalam romantisme. Lagu berjudul When You Love Someone yang dilantunkan Endah N Rhesa memang selalu menghadirkan nuansa romantis sekaligus sentimentil, sebuah pertalian emosional.
”Sampai kalau nggak bawain lagu ini rasanya gimana, ya,” ujar Endah tentang konsernya di Gedung Robotika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, pekan lalu.
Akhir Januari silam band indie yang terdiri atas sepasang suami-istri itu menjadi salah satu di antara sebelas grup band indie dari berbagai negara yang layak tampil di Festival Midem (Marche International du Disque et de l’Edition Musicale) 2013 di Cannes, Prancis. Berbeda dari Hard Rock Calling di London, sejak 1967 Midem merupakan sebuah ajang berkumpulnya seluruh elemen industri musik besar di dunia. Setiap tahun Midem menghadirkan 6.950 partisipan yang berasal dari 78 negara dan diramaikan 600 artis.
”Pada 2007, awal kami masuk industri musik, Midem hanya sebatas poster yang bisa kami pajang di kamar. Rupanya, kami berangkat enam tahun sesudahnya,” papar Endah Widiastuti saat ditemui Jawa Pos di kantor manajemennya, kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Satu (23/2).
Endah, 29, yang duduk di sebelah kiri suaminya, Rhesa Aditya, 29, mengatakan, tampil di panggung utama Festival Midem bukan tanpa perjuangan. Endah N Rhesa harus bisa menyisihkan setidaknya 600 grup band indie sedunia dalam sebuah pertarungan voting yang diadakan Indaba Music lewat internet. Hasilnya, berkat voting yang besar lantaran dukungan penuh dari para fans, Endah N Rhesa memperoleh pertimbangan khusus dari tim juri.
”Sebenarnya yang dipilih hanya sepuluh band. Tapi, lantaran yang vote kami banyak, juri akhirnya memasukkan kami menjadi grup kesebelas,” sambung Rhesa.
Di Midem, Endah N Rhesa disejajarkan dengan band dan musikus terkenal seperti Madness (band Ska asal Camden Town, London), C2C (Prancis), Asaf Avidan (penyanyi-penulis lagu, dan musikus Israel dengan aliran folk rock), Lu Doillon (Prancis), Balthazar (alternatif pop band asal Belgia), Drunken Tiger (Korea-Amerika Hip Hop), Birdy Hunt (Prancis), Yes Sir Boss (band blues Balkan), dan Archive (London, Inggris). Pada perhelatan setahun sebelumnya, meski tidak di panggung utama, White Shoes and The Couples Company adalah band indie Indonesia yang juga berhasil manggung di Midem.
Sepekan sebelum keberangkatan ke Midem pada 26–28 Januari, catatan hidup Endah dan Rhesa bak roller coaster. Selain pengumuman yang cukup mendadak dan mengagetkan, mereka butuh ongkos yang tidak sedikit untuk berangkat. Secepat kilat, Endah N Rhesa melayangkan proposal ke kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Awalnya mereka mengirim pesan pendek (SMS) ke staf di Kemenparekraf dan berbalas persetujuan. Namun, tiga hari kemudian, tak disangka, proposal itu mendadak dibatalkan Kemenparekraf.
”Alasannya, kegiatan itu harus disetujui Kementerian Keuangan terlebih dahulu,” tutur Endah.
Untung, dalam situasi yang mepet tersebut, beberapa musikus memberikan simpati dan bersedia mengulurkan bantuan. Di antaranya, Tompi, Glenn Fredly, dan Idang Rasjidi. Setelah itu, sokongan dana berdatangan dari sejumlah sponsor seperti operator telekomunikasi pelat merah dan perusahaan migas domestik. Dari situ, Endah N Rhesa pun bisa menggelar warm up concert di Soehanna Hall, The Energy Building, Jakarta, 17 Januari.
Di Midem Festival, Endah N Rhesa manggung pada hari ketiga, 28 Januari. Rhesa dengan bas dan Endah pada vokal dan gitar tampil di panggung utama. Gedung konser berkapasitas 600–700 orang itu, kata Endah, dipadati penonton. Tampak, antara lain, Direktur Midem Live Delphine Grosphiron serta penonton dari Malaysia yang ikut mendukung penampilan Endah N Rhesa.
Lagi-lagi, lagu When You Love Someone yang dibawakan di sela 40 menit mereka tampil mendapat apresiasi yang tak terduga dari penonton. Awalnya, Endah mengira heningnya gedung saat dirinya menyanyikan lagu itu lantaran penonton tak suka. Namun, dugaannya meleset. Di akhir lagu, ternyata penonton memberikan aplaus panjang. Padahal, Rhesa mengakui, penonton masih awam dengan lagu-lagunya. Apalagi, orang Prancis terkenal memiliki sense musik yang tinggi.
”Sebenarnya susah banget bikin orang Prancis impressed. Tapi, malam itu mereka memberikan apresiasi kepada kami,” jelas Rhesa.
Konsep akustik dengan karakter musik ballad sebagai musik yang bercerita seperti dibawakan Endah N Rhesa mampu menyihir penonton. ”Penonton menilai musik kami betul-betul pure musik. Ya, beginilah musik. Tidak seperti aliran-aliran musik AS yang artifisial,” lanjut dia.
Rhesa menuturkan, dirinya dan sang istri memegang konsep bahwa saat orang mendengarkan musiknya, ada satu kesatuan konsep yang mampu diilhami dalam suatu garis cerita. ”Musik adalah saksi mata sebuah eksplorasi,” terang pria pecandu betotan bas Victor Wooten itu.
Festival Midem, bagi Endah yang sejatinya ter-influence musik-musik rock and roll, membuat dirinya lebih semangat lagi untuk mendengarkan musik-musik Norah Jones, John Mayer, John Butler, dan John Schofield. ”We serve the music. Itu yang kami pegang dalam menciptakan lagu-lagu kami,” terang Endah.
Midem juga meyakinkan Endah N Rhesa untuk terus survive di jagat musik indie. Meski memahami perjuangan musik indie sangat berat, mereka mempercayai bahwa musik akan selalu memiliki pangsa pasarnya sendiri. Apalagi, seusai pentas Midem, Endah N Rhesa mendapat tiket masuk akses ke pasar Jepang, Korea, dan Eropa. ”Namun, kami masih pelajari dulu,” paparnya.
Dalam video penampilannya di Midem yang diunggah ke YouTube, Endah N Rhesa tampak bermain lepas tanpa beban. Endah yang mengenakan setelan celana ketat dan kemeja putih memetik gitar akustik. Endah berdiri di depan panggung dan sedikit menyandar pada Rhesa yang terlihat mengabaikan basnya. Tangan kiri Rhesa justru asyik menekan senar gitar akustik Endah dari belakang. Mereka berduet dan memukau penonton. (Henny Galla Pradana/jpnn)
)