Indonesia Miskin Riset dan Pengembangan

SETU,SNOL  Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanri Abeng sesalkan sikap pemerintah yang belum greget soal produktifitas di Indonesia. Dalam mengisi acara seminar Annual Meeting on Testing and Quality (AMTeQ), Tanri meminta para pelaku usaha dan pemerintah daerah bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam hal tersebut.
“Potensi sumber daya alam yang cukup melimpah hanya berhenti pada pengolahan tahap pertama dan kurang memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya alam yang ada. Kita miskin dalam hal riset dan pengembangan,” ujar Tanri Abeng, saat ditemui Satelit News seusai memberikan materi di Seminar AMTeQ, di Gedung Graha Widya Bhakti Puspiptek, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (16/10).

Menurut Tanri, di Indonesia ini kaya sekali akan produk sederhana yang bisa bersaing. Tapi produk yang menggunakan teknologi tinggi belum bisa bersaing, tidak punya penelitian dan pengembangan. Ditambah, anggaran yang disediakan pemerintah pusat pun sangat sedikit, sehingga badan usaha tersebut tidak cukup untuk melakukan riset.

Tanri menambahkan, kunci untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah pada ikut terlibatnya perusahaan BUMN. Pasalnya badan usaha milik negara tersebut memiliki semua titik industri strategis dan dapat diposisikan sebagai pemain di pasar global.

“Waktu saya menjabat sebagai menteri 13 tahun lalu, saya punya master plan harus ada 5 BUMN yang masuk di jajaran global, itulah kuncinya,” ujar mantan menteri Pendayagunaan BUMN Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan ini. Dulu dia mempunyai pemikiran untuk menggabungkan 15 BUMN perkebunan menjadi satu BUMN supaya skala industrinya besar. Dengan demikian, BUMN tersebut memiliki daya tawar dan bisa kerjasama dengan asing.

Di hadapan ratusan pelaku usaha, pengamat industri serta utusan pemerintah daerah, Tanri pun mengutarakan hal apa saja yang harus dilakukan. “Ada 5 S, skala besar, strategi, struktur yang baik, skill atau kemampuan, dan terakhir speed atau kecepatan,” ungkapnya.

Dia menambahkan dari solusi yang ditawarkan, Tanri mengungkapkan riset adalah hal terpenting bagi si pemain global. “Kelemahan kita bukan di kualitas individu, tapi di manajemen. Kita harus memulainya, melakukan pendekatan dengan institusi riset,” ujarnya.

Sementara itu, seminar nasional tahunan tersebut, rencananya akan digelar hingga hari ini (17/10). Dengan demikian, diharapkan pelaku usaha, pengamat mutu, hingga pemerintah daerah mampu menyerap ilmu yang diberikan oleh para pemateri yang berkompeten dibidangnya. (pramita/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.