Esemka Dapat Antrian ke 48

SETU,SNOL Tidak menyerah dengan gagalnya uji emisi pertama, mobil Esemka asal Solo kembali menjalani uji kedua kalinya. Selasa (29/5), mobil tersebut dibawa truk besar menuju Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) Puspiptek Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Jika pada Februari lalu Esemka dikendarai langsung oleh Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, kali ini mobil rakitan pelajar sekolah menengah kejuruan di Solo itu hanya didampingi oleh tim teknisnya saja. “Diberangkatkan pada Senin (28/5), dan baru sampe jam 10 tadi pagi (kemarin,red),” ujar  Budi Martono, tim teknis mobil Esemka saat ditemui di BTMP.
Budi dan tim lain mengaku belum mendapat jadwal, kapan pastinya uji emisi dilakukan karena hingga 15 Juni mendatang, jadwal pengujian di BTMP sudah penuh oleh sekitar 47 mobil yang lebih dahulu datang.
Sambil menunggu antrian 47 mobil lainnya, mobil Esemka akan diistirahatkan. Pada uji emisi kedua ini, Budi dan tim mengaku yakin Esemka akan lolos menghadapi berbagai ujian. Pasalnya, serangkaian perbaikan yang dilakukan di Solo pun sudah dimaksimalkan. “Salah satunya adalah dengan mengurangi bobot mobil,” katanya.
Selain menurunkan berat  yang sebelumnya 1,85 menjadi 1, 2 ton,  perbaikan lain meliputi intake manifold, exhaust monifold, ruang bakar, serta resetting ecu catalisator. Keoptimisan tim di Solo sangat mendasar, bahkan 99,99 persen diprediksi akan lulus uji emisi dan siap untuk dipasarkan massal.
Diketahui sebelumnya, hasil perolehan emisi Esemka, yakni kandungan karbon monoksida sebesar 11,63 gram/kilometer, dan HC+NOx sebesar 2,69 gram/kilometer. Standarnya, kandungan karbon monoksida hanya lima gram/kilometer, HC+NOx 0,70 gram/kilometer.
“Kami yakin kali ini bisa lolos, semuanya sudah disiapkan dengan baik,” kata Budi optimis. Sikap bersemangat tim Mobil Esemka itu sebenarnya berdasarkan hasil uji emisi mandiri Esemka yang sudah beberapa kali. Hasilnya, ungkap Budi, sudah sangat bagus dan memuaskan.
“Dalam kondisi diam, kadar gas buang Esemka 0,00 gram per kilo meter sedangkan dalam kondisi berjalan maksimal 0,02 gram per kilometer,” jelasnya. (pramita/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.