Nikmatnya Rezeki Jangkrik Bagi Wardi
Krik krik krik… Apa istimewanya jangkrik ? Tanyakan saja kepada H. Wardi (59) warga Jalan Kano Raya No 27 Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang. Di matanya, jangkrik bukan hanya makhluk kecil dengan suara unik tapi juga mendatangkan rezeki.
Wardi telah menekuni dunia Jangkrik selama lima tahun terakhir. Saat ini, dia memiliki ribuan koleksi yang ditempatkan di dua unit kontrakan di Jalan Sinai Blok 04/1 samping Ulul Albab, Kecamatan Kelapa Dua. Untuk mendapatkan koleksi sebanyak itu, ayah tiga anak itu, sampai harus berburu ke wilayah Cikarang, Bekasi, Tambun hingga kembali ke Tangerang. “Saya mendapatkan banyak pengalaman dari perjalanan saya sebagai pecinta jangkrik,” ujarnya kepada Satelit News, Jumat (11/5).
Perburuan mencari jangkrik lima tahun lalu memang tidak mudah karena menapaki lokasi persawahan dengan lampu kecil dan lainnya. Perburuan pun pernah dilakukannya hingga sore dan malam hari. Ia pun mengaku terpaksa mengkonsumsi jangkrik saat tidak ada makanan waktu berburu di tengah malam.
“Saking laparnya dan tidak ada makanan, saya sama teman-teman makan jangkrik. Saat itu jangkriknya dimasak tanpa minyak dan menggunakan wajan dari tanah liat,”ucapnya.
Wardi mengaku kepincut dengan berbagai manfaat yang terdapat dari hewan mungil tersebut. Saat itulah, dirinya mulai membuka peternakan jangkrik di Jalan Sinai Blok 04/1 samping Ulul Albab. “Awalnya saya mengontrak satu rumah dan saya memiliki dua kandang jangkrik.
Usaha untuk jangkrik terus berkembang,”akunya. Kini Wardi memiliki 100 kandang jangkrik dan mengontrak dua rumah untuk digunakan sebagai tempat peternakan jangkrik. Dia menjelaskan, jangkrik yang ada dipeternakannya hanya dua jenis yakni Jangkrik Alam dan Genggong. “Kalau Jangkrik Alam biasa digunakan untuk umpan burung dan ikan. Sedangkan Jangkrik Genggong digunakan untuk aduan,”terangnya.
Ternak Jangkrik sekaligus untuk mendukung pasokan makanan ke sejumlah gerai penjualan burung miliknya. Ada empat toko penjuaan burung milik Wardi, diantaranya di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Karawaci Kota Tangerang, Kelurahan Kota Bumi, Kecamatan Pasar Kemis, wilayah Perumnas I dan Jakarta.
“Burung suka sekali dengan jangkrik. Maka dari itu saya memiliki gagasan untuk membuka peternakan Jangkrik. Selain menghemat pengeluaran untuk pembelian jangkrik. Justru jangkrik yang saya ternak bisa menghasilkan pemasukan. Harga jangkrik dengan sistem ternak ini lebih murah,”tuturnya.
Guna memperbaharui informasi soal jangkrik, Wardi seringkali sharing dengan teman penjual jangkrik dan burung di Tangerang. Berkat kepiawaiannya ini omset yang didapat dari usahanya ini mencapai ratusan juta hingga 1 milyar/tahun.
“Namun, anak saya tidak ada yang tertarik dengan usaha ini, jadi saya tekuni sendiri saja. Sambil mengisi waktu,”pungkas pria yang sudah berusia 59 ini.
Perhatikan Usia Jangkrik
Beternak Jangkrik tak boleh asal-asalan. Kepiawaian seorang peternak sangat penting agar kualitas dapat terjaga. Salah satu kemampuan peternak yang utama yakni mengenali usia Jangkrik.
Wardi menuturkan, ada dua jenis Jangkrik yang diternak. Yakni Jangkrik Genggong dan Jangkrik Alam. Untuk Jangkrik Genggong, peternak bisa melakukan panen di usia atu bulan. Sedangkan Jangkrik Alam bisa dipanen dalam waktu di usia 40 hari.
“Usia jangkrik yang hendak dipanen tidak boleh lebih dari itu. Usia panen itu berkaitan dengan penjualan. Setelah panen, bisa langsung dipasarkan. Banyak peternak yang tidak mengetahui trik ini sehingga mereka gagal menjual jangkrik,”ungkap pria kelahiran Brebes tersebut. Menurut Wardi, saat ini harga pasaran Jangkrik cukup baik. Jangkrik per karung sebanyak 2000 ekor dijual senilai Rp 50 ribu.
“Sementara untuk harga eceran di pegadang luar Rp50 perak/ jangkrik. Selain bisa dijadikan pakan burung, jangkrik juga bisa untuk pakan ikan dan reptile,”kata Wardi. Untuk urusan makanan jangkrik, Wardi mengungkapkan, biasa menggunakan gedebok pisang, sawi, batang singkong dan pur. Namun, khusus untuk jangkrik yang masih kecil pur nya harus dihaluskan lebih dulu.
“Kendalanya ternak jangkrik biasanya suhu dan semut. Jadi harus diperhatikan betul kondisi peternakannya,”paparnya. Wardi juga mengaku saat ini hanya sedikit orang yang membeli jangkrik diatas usia panen untuk aduan atau sekedar mainan anak-anak. Untuk pemasaran jangkrik hasil ternaknya mencapai wilayah Tangerang dan sekitarnya.
“Bahkan dari Aceh ada yang sudah memesan dalam waktu dekat dia akan melihat ke peternakan saya. Selain itu, jangkrik ini dikonsumsi sendiri alias untuk burung-burung yang saya jual,”aku pria yang mempekerjakan 20 pegawai tersebut. Pria yang selalu tampil sederhana ini juga memiliki filosofi bisnis tidak mengambil keuntungan banyak. Namun, lebih menekankan barang cepat terjual dan kualitas tetap bagus. Kemudian ditunjang juga dengan pegawai yang jujur dan ulet.(fajar/gatot)