Warga Hadang Buldoser
TANGERANG,SNOL—Ketegangan terjadi antara warga dengan petugas Satpol PP saat melaksanakan penertiban bangunan liar di Jalan Budi Asih, Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Rabu (16/12). Warga beramai-ramai menghadang buldoser karena takut tempat tinggalnya ikut tergusur.Proses penggusuran bangunan liar yang berdiri di tanah milik Kemenkumham, PT KAI dan Balai PSDA Banten itu sempat berhenti akibat penghadangan. Para warga mengklaim tidak mendapat surat pemberitahuan pembongkaran. Perdebatan antara warga dan petugas pun tak terhindarkan.
“Jangan begini dong pak, beri kami waktu. Nanti kita mau tinggal dimana,” kata salah seorang warga. “Tolong dong pak manusiawi juga,” sambut warga lainnya.
Pernyataan warga pun memancing emosi Asisten Daerah (Asda) 1, Saeful Rohman. “Memang bapak maunya gimana? Bangunan ini melanggar karena berdiri di atas tanah negara. Kita sudah beri kesempatan untuk membongkar sendiri. Pokoknya tempat usaha harus dibongkar sekarang,” tegas Saeful.
Menurut Saeful, pembongkaran sudah berdasarkan kesepakatan dengan warga yakni dilakukan terhadap bangunan yang digunakan hanya untuk kegiatan usaha seperti rumah potong ayam, rongsokan dan pembuatan tempe/tahu.
“Jadi bapak dan ibu tenang dulu. Jangan sampai ada yang anarkis. Kita hanya menertibkan yang sifatnya kegiatan usaha bukan tempat tinggal. Kalau tempat tinggal kita berikan waktu sampai akhir Februari 2016,” jelas Saeful di tengah keramaian tersebut.
Saeful sempat geram ketika mendengar warga yang tidak mendapat surat pemberitahuan. Ia langsung memerintahkan petugas Satpol PP, memanggil Lurah Tanah Tinggi supaya menjelaskan kepada warga. Setelah mendapatkan penjelasan, akhirnya warga membuka blokadenya.
Penertiban yang melibatkan 700 personel gabungan itu berlangsung mulai pukul 08.00 wib. Sebelumnya petugas melakukan apel pasukan di pasar grosir beras seberang Pasar Tanah Tinggi. Selanjutnya tim dibagi dua yakni penertiban di Kelurahan Tanah Tinggi dipimpin Asda 1 Saeful Rohman dan di Kelurahan Buaran Indah dipimpin Kasatpol PP Mumung Nurwana.
Meski diiringi hujan ringan, penertiban terus berlanjut. Tiga unit alat berat meratakan sekitar 200 bangunan semi permanen yang dijadikan tempat usaha oleh waga sejak puluhan tahun lalu. Warga yang melihat tempat usahanya digusur terlihat pasrah dan malah menonton penertiban. Adapula warga yang menyelamatkan sisa-sisa bangunan.
Saeful mengatakan, penertiban ini berkaitan dengan pengamanan aset negara. Sebab, lokasi yang ditempati oleh warga melaksanakan kegiatan potong ayam, pembuatan tempe dan rongsokan merupakan milik instansi Kemenkumham, PT KAI dan Balai PSDA.
“Dari kami Pemkot Tangerang berkepentingan masalah perizinan dan peruntukannya. Di sini memang peruntukannya untuk ruang terbuka hijau, gedung pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa,” jelas Saeful.
Di Kota Tangerang, peruntukan rumah potong hewan berada di dua wilayah yakni Neglasari dan Karawaci. Para pemilik potong hewan yang ditertibkan kebetulan sudah menyiapkan lahan di Neglasari dengan luas 4 hektar.
“Total bangunan di sini ada 270. Tetapi yang ditertibkan tempat kegiatan usahanya dulu. Walaupun menempel dengan tempat tinggal, tempat tinggal tidak ditertibkan, hanya sarana pendukung kegiatan usaha saja. Akhir Februari baru semua ditertibkan,” ungkapnya.
Pelaksanaan penertiban bangunan liar mendapatkan perhatian Walikota Tangerang Arief R Wismansyah yang datang langsung ke lokasi. Menurutnya, dalam pembongkaran ini Pemkot sudah melakukan sosialisasi sejak tahun 2010. Para pengusaha juga siap pindah ke wilayah Kedaung Wetan, Neglasari.
“Kita sudah ada surat pemberitahuan sejak lama dan mereka juga sudah ada tempat penggantinya. Jadi sekarang dibongkar karena berada dilahan milik Kemenkumham, PT KAI dan Balai PSDA,” tutur Walikota.
Kepala Stasiun Tangerang, Jumadi menambahkan, untuk lahan PT KAI hanya sekitar 9 meter ke kanan dan 2 meter kiri dengan panjang sekitar 300 meter. Selanjutnya, lahan ini diperuntukkan untuk penghijauan oleh Pemkot Tangerang.
“Disini sering terjadi kebakaran yang juga berimbas kepada operasi kereta, keamanan dan keselamatan. Ini juga salah satu usaha pengamanan aset milik PT KAI yang ditempati warga. Selama ini juga tidak ada sepersen pun yang masuk ke kami,” pungkasnya. (uis/gatot)
Tinggalkan Balasan