Ritual Tergerus, Tradisi Adat Terkikis Budaya Popular

F-SERENTAUN CISUNGSANG 2-edo dwi BNN

Perayaan Serentaun Suku Adat Cisungsang (2-Habis)
Hingar bingar parade band, orkes dangdut, serta penampilan grup band papan atas menjadikan ritual adat Serentaun kali ini terasa kering dari nilai-nilai adat dan spiritualitas, dan jauh dari harapan tamu yang datang.

Bendera-bendera sponsor yang berkibar dari ujung keujung lebih membuka persepsi tamu, komersialisasi adat (kah?) Awalnya wartawan mengira untuk memasuki upacara adat harus benar-benar suci dan sakral. Disambut dengan gamelan etnik sunda pakidulan seperti angklung buhun, kecapi, dogdog lojor dan lainnya yang memberikan kesan keramat. Kemudian, pengunjung harus melepas semua atribut yang ada dan menggantinya dengan pakainan khas kaolotan Cisungsang, celana komprang setinggi betis dan baju hitam, serta memakai ikat kepala batik coklat.

Nyatanya, hal itu hanya ada dalam bayangan saja. Faktanya upacara adat Cisungsang tidak jauh berbeda dengan pesta rakyat yang biasa digelar di alun-alun kota untuk peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ataupun HUT kabupaten/kota. Pedagang kaki lima berjejer merangsek maju hingga sebuah lapangan bola voli yang berada tepat di depan gerbang pendopo utama.

Lalu, bukan tembang sunda yang kami dapatkan saat memasuki halaman utama. Dari panggung yang disediakan, tidak satu pun yang mengusung musik-musik etnik pasundan. Suara gendang dan drum kebudayaan popular lebih mendominasi serentaun kali ini. Bahkan di warung-warung kecil, beberapa merek minuman keras dijual bebas. Hadirnya grup band papan atas seperti Tipe X, Goliath, Nobhisi, dan Momonon, semakin memudarkan konsep adat Serentaun yang ada yang konon telah terjadi ratusan tahun tersebut.

Ternyata hal itu juga dirasakan oleh pemerhati kebudayaan dari Bantenologi Institut, Yadi Ahyadi, yang juga datang ke lokasi itu, Minggu (23/9) lalu. Ia tidak melihat acara Serentaun kali ini sebagai sebuah upacara adat yang sakral, yang penuh nilai-nilai spiritual sunda pakidulan.
“Ini seperti pesta rakyat biasa. Seremonial dan jauh dari nilai-nilai adat. Sehingga masyarakat yang datang bukan tertarik pada upacara adatnya, tapi pada pengisi acara pendukungnya,” ungkap Yadi di sela-sela acara.

Mestinya, lanjut Yadi, harus dipisahkan antara wilayah adat serta wilayah untuk kesenian popular, agar nilai-nilai adat tidak tambah tergerus oleh budaya-budaya popular. “Anak muda yang datang bukan untuk melihat prosesi adat, tapi karena ada daya tarik parade band,” jelasnya.
Terlambatnya prosesi upacara adat karena menunggu pejabat Kabupaten Lebak yang terlambat datang juga menjadi perhatian serius. Menurut beberapa tamu, seharusnya upacara adat tidak boleh terganggu karena alasan seremonial pejabat. “Ini wilayah adat, bukan pemerintahan. Harusnya jangan menunggu pejabat yang belum hadir,” celetuk salah satu tamu.

Sesepuh kaolotan Cisungsang, Abah Usep Suyatma memberikan alasan kenapa jadi banyak sponsor dan pertunjukan. Katanya, hal itu berkaitan dengan biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan acara sebesar itu. “Kalau tidak ada sponsor, kita juga tidak sanggup untuk membiayai acara seperti ini. Pengisi acara juga tidak ada yang membayar,” jelasnya.

Besarnya biaya yang dibutuhkan memang benar, dalam tujuh hari perayaan tercatat menghabiskan beras tiga ton, kerbau dua ekor, kambing lima ekor, serta ayam kampung  sebanyak 35 ekor. “Tungku yang disediakan sebanyak sembilan nuah dengan 35 orang juru masak,” ujarnya.
Selain itu, dari beberapa informasi yang dihimpun, ternyata kehadiran beberapa penyanyi dangdut, serta kesenian popular lainnya berkaitan dengan kepercayaan bahwa Serentaun dapat membawa berkah. “Kepercayaannya seperti ini, siapa saja yang pernah pentas disini, maka karirnya akan melejit,” ungkap Haji Ade, salah sau warga kaolotan Cisungsang.

Tapi setidaknya mungkin benar, Perda perlindungan adat kaolotan harus segera direalisasikan, agar upacara adat serentaun sama seperti bayangan awal saat melangkahkan kaki pertamakali ke lembah Gunung Halimun itu. Sakral dan penuh nilai-nilai spiritualitas. (rizal fauzi/ jpnn)

You can leave a response, or trackback from your own site.

Leave a Reply

CAPTCHA Image
Refresh Image
*


Banner UMT

  Tentang Kami | Disclaimer | Hubungi Kami | Email
www.SatelitNews.Co.Id © Copyright 2012
Alamat : Komplek GreenGarden BlokA-1 No 2, Jalan MH Thamrin, Kota Tangerang, Banten.
Telp/Fax : 021-55743519

Email : , , ,
Designed by RnB-Design.Com
Powered by WordPress | Designed by: index backlink | Thanks to insanity workout, car insurance and cyber security