Proyek Pintu Tol Disetop
TIGARAKSA,SNOL—Puluhan warga Desa Cibadak Kecamatan Cikupa mendatangi kantor cabang PT Marga Mandala Sakti di pintu keluar tol Balaraja Timur, Sabtu (21/11) petang. Mereka menuntut PT MMS menghentikan sementara proyek pintu keluar tol baru yang sedang dibangun karena menyebabkan banjir.Para warga menggeruduk kantor cabang PT MMS setelah hujan selama 46 menit pada akhir pekan lalu menyebabkan empat kampung di Cibadak terendam air. Guyuran hujan membuat pemukiman warga digenangi air setinggi dada orang dewasa.
Menurut warga setempat, air hujan menggenangi kampung karena terjadi penyumbatan pada saluran drainase yang ada di dekat pemukiman warga. Penyebabnya, tanah bekas galian proyek pengerjaan pintu keluar tol baru milik PT MMS menyumpal saluran air tersebut.
Sebelumnya warga di empat kampung itu telah mengingatkan PT MMS untuk lebih dahulu mengerjakan saluran drainasenya. Mengingat musim penghujan sudah mulai tiba. Akan tetapi, keinginan warga tidak diakomodasi pihak pengelola. Hingga akhirnya terjadi banjir yang merendam 67 rumah yang ada di empat kampung.
Para warga pun meluapkan kekesalannya dengan mendatangi kantor cabang PT MMS dan menghentikan sementara pekerjaan yang sedang berlangsung. Bahkan warga yang datang ke proyek tersebut nyaris memblokir pintu keluar tol Balaraja Timur. Beruntung, aksi itu batal dilakukan.
“Genangan air ada di Kampung Pasir Randu, Pasir Kalong, Pasir Ampel dan Pasir Ahong Desa Cibadak. Empat kampung ini bervariasi tingginya air. Ada yang hanya sepaha orang dewasa ada juga yang sedada orang dewasa,” ungkap salah seorang warga Nurohim, kemarin.
Ketua RT 05 RW 01 Feriyanto mengatakan PT MMS sudah memberikan janji untuk memperbaiki saluran air kepada warga. Namun, realisasi dari janji yang sudah diberikan tidak pernah terlaksana. Sampai akhirnya terjadi genangan air yang merendam puluhan rumah warga.
Ironisnya meski sudah mengetahui genangan tersebut, PT MMS dianggap tidak memiliki niatan untuk memperbaikinya. Akibatnya warga setempat memaksa perusahaan tersebut untuk menghentikan sementara proyek pintu keluar yang sudah berjalan satu tahun itu.
“Ketika kami tagih janjinya untuk pembuatan dan normalisasi saluran drainase selalu saling lempar. Kami seperti bola yang ditendang ke sana ditendang ke sini. Tapi tidak pernah ada kejelasan untuk dimasukkan ke dalam gawang. Maka itu hari ini kami minta untuk ada realisasinya pengerjaan saluran air. Jika tidak kami akan blokir jalan pintu keluar tol ini. Bayangkan setengah jam hujan air sudah setinggi dada, bagaimana kalau satu jam?,” keluhnya Ferry.
Menurut pria berbadan tinggi ini, meskipun terjadi banjir aktivitas warga berjalan normal. Hanya saja warga tidak dapat menggunakan rumahnya untuk beristirahat. Untuk bisa tidur, kata Ferry, warga mendirikan tenda darurat berukuran 3×4 meter yang diberikan Kepala Desa Cibadak. Para warga yang rumahnya terendam air dapat menggunakan tenda darurat tersebut sebagai tempat untuk tidur. Sementara bagi warga yang tidak kebagian tempat terpaksa tidur di jalanan dengan menggunakan alas seadanya.
“Pakai koran atau pakai kardus alasnya. Kasur, karpet dan lainnya ada di dalam rumah dan basah semua akibat banjir. Sudah dua hari banjir tidak pernah ada bantuan dari PT MMS. Sekalinya ada petugas datang hanya foto-foto. Kami ini sudah seperti model aja datang cuma untuk foto-foto. Warga tidak ada yang mengharapkan diberi kompensasi. Tapi hanya meminta saluran air dinormalisasi fungsinya,” tegas Ferry.
Kades Cibadak Ade Sopian menegaskan berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat. Salah satunya dengan memberikan surat teguran kepada PT MMS. Kendati demikian, surat teguran yang sudah dilayangkan tersebut tidak pernah direspon positif. Ia menilai perusahaan pengelola jalan tol ini tidak mempunyai upaya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh warganya.
“Ganti rugi sama warga saja tidak. Warga dibiarkan menyelesaikan persoalan tersebut dengan sendirinya. Tidak ada upaya baik dari PT MMS. Surat teguran sudah, didatangi langsung juga sudah. Sampai akhirnya warga demo di depan kantor PT MMS karena tidak ada tanggapan dari pengelola. Kami harap ada penyelesaian yang bijak dari pengelola. Warga tidak ingin ada kompensasi, warga hanya ingin saluran air kembali normal, itu saja,” papar Kades.
Sayangnya ketika didatangi warga, pihak manajemen PT MMS tidak berada di lokasi. Di kantor cabang itu hanya ada pengawas dan petugas tata tertib PT MMS. Para petugas tersebut berjanji akan menyampaikan keluhan warga kepada pihak managemen kantor.
“Sebenarnya ini bukan kewenangan kami untuk menjawab, tapi akan kami usahakan untuk meneruskan keluhan warga kepada pihak manajemen kantor,”ungkap salah satu pengawas PT MMS yang tidak menyebutkan namanya. (mujeeb/gatot)
Tinggalkan Balasan