Tidak tampak kegiatan yang berarti di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) di Jalan Raya Karang Serang, No.1, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang pasca tewasnya Ervin Yuliantoro, Jumat (13/7).
Kampus yang merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan maritim di bawah Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Perhubungan tersebut, tampak sepi dari biasanya.
Saat memasuki lingkungan sekolah yang diresmikan pada 27 Februari 2004 oleh presiden saat itu, Megawati Soekarno Putri, wartawan koran ini langsung disambut oleh petugas keamanan. “Selamat siang mas. Ada yang bisa kami bantu,” ujar salah seorang satpam yang enggan dikorankan namanya.
Saat kami mengatakan berasal dari awak media yang hendak melaksanakan tugas peliputan, petugas keamanan tersebut langsung meminta kartu identitas. “Silakan bapak-bapak menuju ke main building,” ujarnya seraya memberikan kartu visitor setelah kami menunjukkan kartu identitas wartawan.
Satpam tersebut mengatakan, sejak pagi hari BP2IP banyak didatangi oleh para awak media, aparat kepolisian dan TNI. Mereka meminta keterangan seputar kronologis kematian Ervin.
Tidak banyak data yang bisa diambil di sana, mengingat hampir semua orang yang kami temui di kampus itu disana tutup mulut terkait peristiwa tewasnya Ervin. Termasuk Amirullah Kepala Unit Kerjasama Pelayanan dan Alumni, BP2IP yang juga bertugas sebagai humas.
“Untuk sementara kami tidak bisa lakukan klarifikasi. Kami akan berikan klarifikasi kepada awak media seluruhnya secara bersama-sama,” jelasnya saat itu sebelum akhirnya BP2IP menggelar konprensi pers khusus di sebuah rumah makan.
Begitupun saat kami meminta foto atau wawancara dengan taruna, Amirullah langsung melarangnya. “Sebaiknya jangan mas, kami takut ada persepsi yang salah,” ujarnya.
Menurut Amirullah, berdasarkan aturan selama 3 bulan taruna yang dididik di BP2IP tidak boleh ditemui siapapun, termasuk oleh pihak keluarga. Kalaupun keluarga ingin menengok anaknya, hanya diperkenankan untuk melihatnya dari jauh tanpa boleh menemui. “Kami khawatir jika mereka ditemui oleh pihak keluarga mereka ingin pulang,” dalihnya.
Dari pengamatan Satelit News, dibagian belakang bangunan utama kampus, building berdiri tenda-tenda pleton tempat dilakukannya pendidikan bagi taruna baru. Hanya saja mungkin lantaran ada peristiwa kematian salah seorang calon taruna, atau karena waktu mendekati waktu shalat Jumat, hanya tampak sedikit orang saja. Berdasarkan catatan, jumlah taruna baru terdapat sekitar 270 taruna orang.
Amirullah mengatakan, peristiwa tragis yang dialami Ervin tidak mengganggu proses Diklat Orientasi Pembelajaran (DOP) atau masa orientasi sekolah (MOS). Karena, seluruh siswa lain wajib menjalankannya.
“Kami tetap melakukan DOP hanya saja dengan kematian Ervin, rekan-rekan siswa bersama seluruh Staf BP2IP melakukan doa bersama,” pungkasnya.(hendra)
Polisi dan TNI Datangi Kampus Sepi, Taruna Tak Boleh Ditemui
July 15th, 2012 Editorial-3
Posted in berita photo, KABUPATEN TANGERANG, METRO TANGERANG Tags: DOP, Kecamatan Sukadiri, Megawati Soekarno Putri, Menurut Amirullah
You can leave a response, or trackback from your own site.