SERANG,SNOL Polda Banten terus mendalami keberadaan sindikat pemberangkatan sejumlah imigran gelap yang beroperasi di wilayah Banten. Keberadaan sindikat tersebut dinilai telah meresahkan karena banyak imigran gelap yang justru tertipu dengan adanya sindikat tersebut.
Kapolda Banten, Kombes Pol. Eko Hadi Sutedjo menduga keberadaan sindikat tersebut berasal dari kalangan imigran sendiri. Sehingga dalam operasinya, sindikat tersebut tidak menemui kendala yang besar karena banyak imigran yang selama ini tidak sabar untuk menyeberang ke negara tujuan.
“Karena banyak imigran yang tidak sabar, maka mereka memanfaatkan kondisi tersebut untuk mencari keuntungan,” kata Eko saat ditemui usai acara HUT Korlantas di Hotel Ratu Bidakara, Selasa (25/9).
Eko menambahkan, pihaknya selama ini tidak bisa melakukan penahanan terhadap para imigran tersebut. Hal itu karena status imigran bukan sebagai narapidana, melainkan merupakan orang yang keberadaannya harus dilindungi. Namun sayangnya, katanya, akibat status itu para imigran memanfaatkannya untuk melakukan penyeberangan ke negara tujuan. “Seharusnya kalau memang sebagai orang yang dilindungi, mereka harus bisa diatur dan diarahkan. Karena itu demi kepentingan mereka sendiri,” imbuhnya.
Ia mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak memberikan tempat penampungan bagi imigran gelap. Imbauan tersebut disampaikan untuk mengantisipasi kaburnya para imigran yang telah diamankan oleh pihak Imigrasi Serang dan Polda Banten.
Lagi, 33 Imigran Diamankan
Sebanyak 33 imigran gelap asal Afganistan dan 3 orang Warga Negara Indonesia (WNI) kembali diamankan anggota Polsek Sumur dan Polres Pandeglang dari kawasan hutan lindung, tepatnya di blok Cibom, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Selasa (25/9) dini hari. Para imigran gelap ini adalah bagian dari 52 imigran yang dievakuasi di Pelabuhan Indah Kiat, Merak, Senin (24/9).
Kabag Ops Polres Pandeglang Kompol Yamin mengatakan, imigran gelap yang berhasil diamankan terdiri dari dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari 21 orang, yang langsung dievakuasi ke kantor imigrasi Provinsi Banten sekitar pukul 03.00 dini hari, dan kelompok kedua menyusul kemudian terdiri dari 12 orang yang dievakuasi ke Mapolres Pandeglang terlebih dahulu. “Yang 12 orang imigran serta 3 orang WNI yang diduga sebagai penjemput imigran itu, baru kami evakuasi ke kantor Imigrasi di Serang sekitar pukul 10.00,” kata Kompol Yamin, Selasa (25/9).
Menurut dia, pihaknya mendapat informasi bahwa dua hari lalu ada sekitar 93 orang imigran yang berasal dari berbagai negara, seperti Myanmar, Afganistan, Turki dan beberapa Negara lainnya, berada di Pulau Peucang, Kecamatan Sumur, Pandeglang. Dari informasi itu, akhirnya dilakukan penyelidikan bersama tim dari satuan Polsek Sumur, Polres Pandeglang dan Polair Polda Banten.
Sebelumnya, tambah Kompol Yamin, sebanyak 52 orang imigran dan satu orang WNI yang diduga Anak Buah Kapal (ABK) diamankan dan dievakuasi Ditpolair Polda Banten menggunakan kapal patrol (KP) Enggano, Senin (24/9), dan ditempatkan sementara di Pelabuhan Indah Kiat, Merak.
Untuk 3 orang WNI yang diduga sebagai penjemput para imigran itu, tambah Kompol Yamin, diperiksa terlebih dahulu di Mapolres Pandeglang, mereka diantaranya Susi dan Ferry Pardomuan, keduanya warga Blok Pinguin Rt 009/003, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur. Serta Soetikno warga Cilodong, Depok. “Dari keterangan, mereka hendak menjemput para imigran itu untuk dibawa ke Bogor ke tempat penampungan disana,” tambahnya.
Semua imigran yang berhasil diamankan, ujarnya lagi, tidak memiliki identitas, dan mereka merupakan korban pelarian dari negaranya masing-masing, yang hendak meminta suaka ke Australia (Crysmes Island). Sementara, salah seorang imigran asal Afganistan, Aliraza (40) mengatakan, pelariannya ke Indonesia bukan tanpa resiko. Karena ia harus siap berhadapan dengan senjata laras panjang dan mengorbankan nyawanya demi keluar dari negaranya yang sedang konflik. Baginya, tidak ada tujuan lain selain Australia, karena hanya disanalah ia bisa selamat dan mengumpulkan uang untuk menghidupi anak istrinya. “Anak, istri saya masih tinggal disana. Saya harus ke Australia mengumpulkan uang, dan saya ingin menyelamatkan mereka,” katanya sedikit bercerita.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, para imigran itu juga merupakan korban penipuan sindikat imigran, karena kapal yang ditumpanginya yang sebelumnya mereka hendak ke Australia, tiba-tiba dinyatakan rusak dan harus berpindah kapal ke kapal lain di tengah laut, namun kapal tersebut pecah dihempas ombak. (mardiana/dan/ari/deddy/bnn)