JAKARTA, SNOL Para orang tua mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) yang ditahan di Polda Metro Jaya cemas akan keselamatan anak-anak mereka. Para mahasiswa itu dibekuk karena berdemonstrasi menolak Wakapolri Komjen Nanan Soekarna yang berakhir bentrok, Kamis (19/10) lalu.
“Kami meminta jaminan keselamatan anak-anak di tahanan,” ujar salah seorang orang tua mahasiswa, Agus Yohanes di Jakarta kemarin (21/10). Agus mengaku anaknya, BM, mahasiswa semester VII Fakultas Hukum mendapat perlakuan buruk di tahanan. “Badannya lebam-lebam saat saya jenguk,” kata mantan aktivis Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan) ini.
BM juga mendapatkan tekanan dari tahanan lain. Diantaranya, mereka meminta uang Rp 10 juta. “Ini merupakan bentuk teror yang harus diantisipasi oleh Polda,” katanya.
Agus juga mendapatkan informasi dari orangtua tahanan yang lain yang bernasib serupa. “Setidaknya ada tiga orang yang dimintai uang secara paksa. Teman anak saya juga ada yang dipukuli,” katanya.
Dia berharap pengawasan dari petugas tahanan lebih ketat dan menjamin keselamatan. “Walaupun status mereka tersangka, tetap punya hak untuk tidak mendapatkan perlakuan kekerasan di penjara,” katanya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto secara terpisah berjanji akan melakukan pengecekan informasi itu. “Saya akan minta informasi dari petugas tahanan dulu. Jadi, belum bisa berkomentar banyak,” katanya.
Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto menjelaskan, pada prinsipnya tahanan mempunyai hak untuk ditahan secara wajar. “Petugas tentu sudah berusaha semaksimal mungkin (mengawasi,red), kalau itu tindakan dari tahanan yang lain tentu ini juga tidak bisa dibiarkan,” katanya.
Sepuluh mahasiswa Universitas Pamulang ditahan dengan pasal 231 KUHP tentang pengrusakan. Juga dengan pasal 355 perbuatan tidak menyenangkan, 160 penghasutan, 170 pengereoyokan. Satu alumni Unpam juga ditahan dalam bentrok berdarah karena menghalangi Wakapolri Komjen Nanan Sukarna mengisi seminar itu. (rdl/jpnn)