Opik Sudah Pindah Sejak Tahun 2013
Tak Cukup Bukti, Terduga ISIS Dilepas
TANGERANG,SNOL Penangkapan Opik bersama keluarganya yang dicurigai akan bergabung dengan ISIS, oleh Densus 88 di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (13/3), membuat kaget bekas tetangganya dulu.
Saat ditemui sesusai alamat KTP yang bersangkutan di Jalan KH Hasyim Gang Pentil II No. 4 RT. 06/13, Sukasari, Kecamatan Tangerang, ternyata Opik dan keluarga sudah pindah sejak awal tahun 2013.
Pantauan Satelit News, kontrakan yang dihuni Opik tampak sepi. Saat didatangi pintu gerbang kontrakan terlihat dalam kondisi tergembok. Setiap penghuni kontrakan memang mempunyai kunci masing-masing. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam kontrakan sebelum ada janji dengan pemilik kontrakan.
Namun, wartawan tidak kehabisan akal. Dengan didampingi Ketua RT setempat, akhirnya bisa diterima oleh penghuni yang pernah tinggal di kontrakan milik Awan Lukita tersebut.
Dari 8 unit kontrakan, keluarga Opik pernah tinggal di kontrakan nomor 7. Sejak ada pemberitaan penangkapan terhadap keluarga Opik, kontrakan tersebut pun banyak didatangi orang. Mulai dari petugas, TNI, aparatur kelurahan, bahkan wartawan.
Salah seorang penghuni kontrakan yang pernah bertetangga dengan Opik mengaku kaget karena sejak Minggu malam banyak orang yang datang mencari Opik. Ketika ditanya maksud dan tujuan, mereka mencari Opik dan menanyakan kesehariannya.
“Saya jawab kalau dia (Opik) sudah tidak ngontrak di sini. Dia (Opik) sudah pindah sejak akhir Januari 2013 lalu. Mungkin pada ke sini, KTP-nya belum ganti,” kata perempuan yang enggan menyebutkan namanya, Senin (14/3).
Menurut ibu rumah tangga ini, selama Opik dan keluarga mengontrak di sini terkesan biasa saja dan tidak ada tanda keanehan. Opik sendiri dikenal sebagai pedagang di Pasar Tanah Tinggi dan istrinya hanya di rumah mengasuh anaknya.
“Gak ada yang aneh selama ngontrak disini. Opik itu kalau ke pasar sore hari dan pulang pagi. Kalau kita tetanggaan ya biasa aja, anak-anaknya suka main sama anak saya. Opik tidak berjenggot dan istrinya juga gak bercadar,” ungkapnya.
Kata perempuan itu lagi, waktu datang ke sini tahun 2010 silam, anaknya baru satu. Beberapa lama kemudian istrinya melahirkan, jadi punya anak dua. “Saya gak tau pindahnya kemana, dan baru tau juga anaknya sudah tiga,” ujarnya.
Ketua RT 06/13, Murdani Rachmat (67) menjelaskan, Opik dan keluarga tinggal di kontrakan tersebut sejak tahun 2010. Saat ini memang Opik mengurus perpindahannya dengan membawa surat pindah untuk mengurus KTP dan Kartu Keluarga (KK).
“Kalau asal kelahirannya Opik dari Bogor dan istrinya Pandeglang. Kita masih pegang fotokopi KK-nya. Dia tinggal di kontrakan milik Pak Awan Lukita,” jelasnya.
Didampingi Ibu Ketua RT Entin Kartini, Murdani menegaskan, pihaknya memang sudah mengetatkan administrasi kependudukan di lingkungannya kepada setiap pendatang. Kalau tidak mengurus surat pindah, tidak bisa membuat KTP dan lainnya.
“Jadi saat datang Opik lapor tapi pas pindahnya tidak lapor. Jadi kita gak tau pindahnya dimana,” jelas pria yang mengaku sudah menjabat sebagai ketua RT sejak 20 tahun yang lalu itu.
Murdani mengaku sempat curiga dengan Opik. Saat itu pasca lebaran tahun 2015 lalu, ada dua orang yang mencari Opik dengan mengaku sebagai saudaranya. Ketika ditanya saudara dari mananya, kedua pria itu tidak menjawab.
“Saya sudah curiga, jangan-jangan intel nih. Soalnya dia tidak jelasin detail. Waktu itu cuma tanya nyari Opik dari saudaranya mau nganter undangan. Jangan-jangan punya masalah nih, karena sering yang datang mencari orang tau-tau bermasalah,” ungkapnya.
Pasca kejadian penangkapan Opik dan keluarga, ujar Murdani, sontak membuatnya kaget. Banyak orang yang datang ke rumahnya untuk menanyakan seputar Opik. Awalnya dari Kodim dan Korem yang datang. Kemudian ada juga dari wartawan televisi. Terus dari kelurahan juga datang menanyakan Opik.
“Ya kaget juga saya, tapi saya jawab apa adanya karena orangnya memang sudah pindah sejak lama,” tukasnya.
Sementara itu, Polri telah mengembalikan 14 warga negara Indonesia (WNI) yang sempat diamankan Densus 88 Polda Metro Jaya dan Badan Intelijen dan Keamanan (BIK) Mabes Polri di Bandar Udara Soekarno-Hatta Minggu (13/3).
“Semuanya sudah dipulangkan ke tempatnya masing-masing. Kita tidak bisa menindak karena belum terbukti walaupun tujuannya kan kita sudah tahu ke Suriah,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan, di kantornya, Jakarta, Senin (14/3).
Namun, 14 WNI tersebut, lanjut Anton masih dalam pembinaan berkala. Ia menambahkan, pembinaan menyertakan stakeholder terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kementerian agama dan serta Polri sendiri.
“Bukan tidak ditindak tapi kita lakukan pembinaan berkala kepada seluruhnya. Karena itu bagian penanganan pembinaan dengan BNPT, kementerian terkait seperti kementerian agama. Mungkin nanti disosialisasikan masalah pekerjaan mereka,” pungkas Anton.
Sebelumnya diberitakan, 14 orang dari dua keluarga diamankan di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang saat hendak terbag ke Suriah. Kedua keluraga tersebut diamankan sekitar pukul 14.00 WIB yang berencana melakukan perjalanan keluar negeri menggunakan pesawat Air Asia QZ 256.
Mereka yang diamankan adalah Opik, Siti Nuraeni (Istri), Hauzah Tsabitah Zulfikar (anak), Muhammad Syahdan Al Asqalani (anak) dan Muhammad Syam (anak) warga Jalam KH Hasyim Ashari Gang Pentil II Nomor 4, RT 06 RW 13, Sukasari, Kota Tangerang. Sedangkan satu keluarga lain yang diamankan berasal dari Singkawang Kalimantan Barat. Mereka adalah Rosnazizi Khairoman Muksin, Safitri Arfan (istri), Murdin, Aqila Zahidah (anak), Adiyat Zofir Rasnazizi (anak). (uis/dm/jpg)
Tinggalkan Balasan