Mamahit Tetap Tegar Meski Baru Saja Ditinggal Istri

Raut duka masih nampak jelas di wajah  Dr MJN Mamahit, SpOG, MARS. Direktur RSU Tangerang itu baru saja kehilangan isteri tercintanya, Endang Rahayu Sedyaningsih yang tak lain adalah Menteri Kesehatan (Menkes) RI. Namun, dia tetap tegar memimpin jalannya apel dan syukuran hari jadi RSU ke-47.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan digelar dengan hikmat, hanya ada apel pagi, potong tumpeng, dan istigosah untuk mendiang isteri Mamahit yang meninggal dunia karena kanker paru-paru Rabu (2/5) lalu.
Sosok pria berkacamata itu sangat disegani oleh para karyawannya di rumah sakit yang sebentar lagi menyentuh angka setengah abad itu. Perayaan hari jadi RSU ke-47 tepat tiga hari setelah isterinya berpulang, Mamahit berdiri sebagai pembina apel, menunjukan pada karyawannya tidak ada duka berlarut-larut yang dia rasakan.
“Ini penggabungan antara suasana duka dan gembira, namun jangan sampai, kedukaan itu menghambat proses kehidupan,” kata Mamahit dengan senyum khasnya, pada Sabtu (5/5) lalu.
Dia pun mengakui, perayaan RSU ke-47 tahun ini adalah acara yang paling sederhana selama RSU ini berdiri. Namun tetap saja, Mamahit tidak menilai dari acaranya, kejutan yang dibuat para karyawan dan stafnya itulah yang membuatnya sangat haru.
Para staf rumah sakit hanya memerlukan beberapa hari saja untuk mempersiapkan perayaan HUT RSU di pagi hari. “Tidak direncanakan, tiba-tiba saja pagi hari sudah dikasih seperti ini, sangat surprise,” ujar Mamahit. Diapun berharap, di usia rumah sakit yang dipimpinnya ini, banyak kemajuan yang harus diraih.
Salah satunya adalah pendewasaan, usia rumah sakit yang sudah tua, haruslah dibarengi dengan sikap para stafnya berperilaku dewasa. “Sehingga kalau tidak ada karyawan saya yang dewasa, itu keterlaluan,” katanya.
Dia pun menarget, akhir 2012 dan paling lambat awal 2013, RSU akan menaikkan akreditasinya menjadi tingkat A. Sehingga, semua peralatan rumah sakit dan tenaga ahlinya sudah memenuhi standar, dan tidak perlu ada lagi pemindahan pasien atau rujukan kerumah sakit lain yang lebih canggih. “Tinggal radio terapi nya saja yang harus kami lengkapi, selebihnya kami sudah siap,” ungkap Mamahit.
Untuk intensitas pasien yang berobat, Mamahit mengaku 60 persennya masih didominasi oleh pasien dari Kabupaten Tangerang. Sisanya, berdatangan dari Kota Tangerang, Tangsel, Jakarta Barat, hingga Lampung. Dengan presentasi pasienya tersebut, dia pun tidak akan membatasi pasien mana yang boleh berobat di RSU. “Silakan saja, kami tidak akan memilih-milih pasien berdasarkan domisilinya,” aku Mamahit. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *