Kegundahan Seorang Temperamental

DAHLAN-HOPEKIAN diserang kian menang. “Tidak ada calon presiden yang diserang melebihi saya,” ujar Donald Trump. Tidak mempan. Justru dari lima negara bagian yang menyelenggarakan pemungutan suara minggu lalu Trump hanya kalah di Ohio. Kalah dari John Kasich, gubernur setempat.

Bahkan Trump menang di Florida. Dengan telak. Yang dikalahkan pun sang “tuan rumah”: Marco Rubio. Sampai-sampai anggota DPR dari Florida ini lempar handuk. Mengakhiri lomba. Semua jadwal kampanyenya langsung dibatalkan. Berakhir.

Padahal Rubiolah yang paling keras menyerang Trump. Dia, kata Trump, sampai menghabiskan Rp350 miliar. Untuk pasang iklan. Menyerang Trump. Termasuk serangan pribadi. Bahwa Trump itu tangannya kecil. Maksudnya, tangannya yang tersembunyi di dalam celananya.

Rubio sendiri yang akhirnya copot celana. Ternyata dia kalah total hampir di semua distrik di Florida. Dia hanya menang di satu distrik: Kota Miami. Sampai ada yang mengejeknya: Rubio hanya dipilih oleh kerabat. Dan tetangganya.

Kini tinggal tiga calon yang masih bersaing di Partai Republik: Trump, Ted Cruz dan Kasich.

Mundurnya Rubio membuat konfensi Partai Republik kian menarik. Inilah yang dulu saya usulkan untuk konvensi Partai Demokrat di Indonesia. Mbok ya yang perolehan suaranya sangat minim itu mau mundur. Agar konfensi menarik. Tidak monoton. Dan tidak membosankan.

Bayangkan debat 10 orang di atas panggung. Tidak pernah bisa mengerucut. Tidak kian happening. Justru kian pudar. Pak Marzuki Ali juga punya pendapat yang sama. Beliau berbicara dengan saya: jumlah peserta sudah waktunya berkurang. Kami bicarakan ide tersebut. Tapi aspirasi ini menguap. Sampai konvensi berakhir. Tidak satu pun yang mundur. Padahal banyak peserta yang hanya dapat suara kurang dari 5 persen.

Padahal kalau tiap minggu ada peserta yang mundur konvensi akan terasa kian seru. Akan terus happening.
Tapi lupakan.
Itu sudah lama berlalu.

Akan hal Rubio saat lempar handuk minggu lalu sudah mendapat 170 kursi. Dua calon lain sudah lebih dulu mundur. Karena memang sulit dapat suara.

Sedang di Partai Demokrat O’Malley sudah lama mundur. Tinggal dua: Hillary Clinton (1.614) dan Bernie Sanders (856). Dengan angka itu Hillary sudah hampir pasti menang.

Di Demokrat seorang calon bisa menang bila memperoleh 2.385 kursi. Yakni lebih 50 persen dari jumlah delegasi yang diperlukan. Total ada 4.765 yang akan hadir di forum konvensi Partai Demokrat. Merekalah yang akan menentukan siapa calon yang akan maju dari partai Demokrat.

Itu mudah bagi Hillary. Negara bagian California belum pemungutan suara. Itu basisnya Hillary. California itu gemuk. Penduduknya besar. Jumlah kursi California: 172. Sistemnya pun winner take all. Artinya: siapa yang menang akan mengambil semua kursi itu. Biar pun, misalnya, Hillary hanya menang 53 persen, kursinya dapat 100 persen. Beberapa negara bagian memang menganut sistem winner take all.

Lalu siapa di antara tiga calon yang tersisa di Partai Republik yang akan mundur berikutnya?

Kelihatannya masih menunggu beberapa minggu. Menunggu hasil pemungutan suara di lima negara bagian lagi. Terutama di lima negara bagian di wilayah utara. Trump lemah di situ. Ada indikasi suara Trump masih bisa dihambat. Jangan sampai menang lebih 53 persen. Itulah Target mereka yang anti Trump. Setelah tidak mungkin mengalahkannya.

Kalau Trump bisa dihambat di angka kemenangan itu dia belum otomatis jadi calon presiden Partai Republik. Forum konvensi partailah yang menentukan.

Trump memang sudah memperoleh 678 kursi. Dari kemenangannya di 26 negara bagian. Tapi itu belum 53 persen. Bahkan belum 50 persen. Masih kalah dari suara tiga calon lawannya yang disatukan: Cruz 423, Kasich 143, Rubio 170.

Itulah sebabnya Rubio belum mengatakan “mundur”. Baru mengatakan “berhenti”. Secara hukum itu berbeda. Dengan menyatakan berhenti (suspend) suara Ribio 170 kursi itu masih hidup. Kalau pemungutan suara di semua negara bagian selesai dan Trump belum menang 53 persen suara Rubio itu sangat menentukan.

Dan pasti tidak akan diberikan pada Trump. Mungkin diberikan pada Kasich. Kasichlah yang dia lihat lebih berkualitas. Dan bisa menyaingi Hillary. Terutama kemampuan ekonomi Kasich yang hebat. Dan rakyat AS kini merindukan presiden yang tahu ekonomi.

Jadi Trump memang belum bisa tenang. Karena itu dia sewot. Tidak mau lagi debat publik. Bahkan mulai mengancam: kalau dia menang tapi tidak terpilih akan ada kerusuhan.

Kini tidak hanya Islam dan Meksiko yang dia serang. Juga Tiongkok. Juga India. Bahkan Jepang. Dengan sangat membabi buta. Dia sebutkan bagaimana Komatsu membunuh Catterpillar. Padahal itu bukan soal bunuh membunuh. Bisnis alat berat memang lagi susah. Termasuk Komatsu. Sejak pertambangan lesu. Di seluruh dunia.

Apa pun hasilnya nanti yang jelas Trump berhasil menggairahkan Partai Republik. Orang-orang yang dulu golput kini nemilih dia. Baik yang golput independen apalagi yang Republik.

Itu bisa menggelisahkan Hillary. Yang oleh Trump diserang sebagai calon yang tidak punya energi.

Trump rupanya akan mengaduk emosi terdalam orang AS: pemimpin AS itu harus powerfull, strong dan dominan. Dan itu, bayangannya, laki-laki. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *