Fayumi, Pengrajin Miniatur Perahu Berbahan Baku Koran
Kreatifitas Fayumi (41) patut diacungi jempol. Warga Kota Tangerang ini sukses membuat kerajinan dari bahan baku kertas koran. Bahkan hasil karyanya pernah dibeli oleh Menteri Lingkungan Hidup. Sayang, potensi Fayumi belum didukung pemerintahan setempat untuk mengembangkan usahanya.
Di sebuah rumah yang sempit kawasan Batu Ceper, Kota Tangerang, Fayumi tinggal bersama istri dan dua anaknya. Saat Satelit News mampir, Minggu (17/3), Fayumi tengah mengitak-atik kerajinan tangannya dengan ditemani anak pertamanya, Derry (6). Tampak sekali jari jemari Fayumi cekatan memoles bagian-demi bagian kerajinan yang dibuatnya.
Kemarin, Fayumi tengah menyelesaikan sebuah perahu pinisi, perahu kebanggaan Indonesia. “Silahkan mbak masuk,” begitu sapa Fayumi saat kedatangan Satelit News kemarin.
Di awal cerita, Fayumi mengaku berjuang keras hidup di kota besar, seperti Tangerang. Bahka di usianya yang kini menginjak 41 tahun, ia sudah berkali-kali menjajal keberuntungan ekonomi demi sesuap nasi. Mulai dari menjadi guru kesenian SD, sopir angkot dan pengrajin perahu berbahan dasar koran.
Terkait karya yang digelutinya sekarang, pria berperawakan kurus ini mengaku saat itu kondisinya benar-benar berada dalam masa sulit. Nyaris tak ada pemasukan. Jangankan membeli mainan untuk anaknya, kebutuhan sehari-hari seperti makan saja belum terpenuhi.
Nah, Derry, anaknya yang saat itu berusia 2 tahun, tiba-tiba merengek minta dibelikan mainan pesawat seperti yang dimiliki teman sebayanya. Fayumi pun sempat kebingungan memikirkan bagaimana cara mendapatkan mainan pesawat, sedangkan uang sepeser pun tak ada.
Terbersit di pikirannya membuat mainan sendiri. Fayumi kemudian mencoba membuat origami pesawat dari kertas buku, namun sang anak tak juga berhenti menangis. Akhirnya dia mencoba melinting kertas buku tersebut, dan menyadari jika ternyata lintingan kertas itu bisa menjadi padat. Dari situlah, Fayumi mencoba membuat replika perahu yang terbuat dari kertas lintingannya. Setelah sekian lama bereksperimen, ayumi menemukan komposisi yang pas untuk membuat replika suatu barang. Bermodalkan koran bekas, lem fox dan lem power blue, Fayumi mampu menghasilkan karya yang luar biasa.
“Jadi awalnya, koran-koran bekas ini dipotong menjadi dua. Terus dilinting pakai papan. Ditambah campuran air dan lem fox, biar nempel. Habis itu dilem pakai power blue. Dan jadi deh,” ungkapnya.
Dalam sehari, Fayumi mampu menyelesaikan satu buah replika perahu berukuran besar, pesawat dan dua buah kotak tisu. Asalkan, bahan bakunya lengkap. Saat ini, Fayumi mengaku masih terkendala modal untuk mengembangkan usahanya. “Untuk membuat barang-barang ini, tak jarang saya harus berutang ke tetangga atau saudara-saudara. Jadi memang benar-benar sulit,” katanya seraya berharap berharap bantuan pemerintah Kota Tangerang untuk mengembangkan usahanya.
Terlebih, sejak tahun 2007 lalu, kaki kanan Fayumi lumpuh. Dan selama tiga tahun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Terpaksa, sang istri lah yang harus bekerja. “Kaki kanan saya lumpuh selama tiga tahun. Waktu itu saya bener-bener ga bisa jalan. Mungkin karena dulu saya terlalu lama bawa mobil waktu jadi sopir. Dan suka mandi malam. Akhirnya, kaki saya tidak bisa digerakan dari pangkal paha sampai mata kaki. Demi bertahan hidup, akhirnya istri saya yang kerja. Jadi kuli cuci di rumah-rumah tetangga. Penghasilannya memang gak seberapa, tapi lumayan untuk kebutuhan sehari-hari,” tuturnya lesu. Namun, kerja kerasnya tak sia-sia. Setelah dua tahun berusaha memasarkan produknya, akhirnya Fayumi berkesempatan mengikuti pameran Tangerang Expo dan Tangerang Bersih. Dan menjadi suatu kebanggaan ketika hasil karyanya dibeli Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya saat menghadiri acara Tangerang Bersih.
“Alhamdulillah, pak menteri tertarik dan akhirnya beli rumah gadang dan perahu seharga Rp 400 ribu. Saya bersyukur sekali. Mungkin itu jadi rezki anak saya yang baru lahir,” tuturnya bahagia. (rizki amalia/hendra)
Tinggalkan Balasan