Emin Hitay, Pebisnis Turki yang Cinta Berat Indonesia
DIPUNGGUNGNYA ADA TATO GARUDA PANCASILA
Pengusaha Turki Emin Hitay siap membangun pembangkit listrik di Jawa Timur. Dia mengaku cinta berat Indonesia. Berikut catatan ARIF AFANDI, Dirut Wira Jatim Group dan mantan wartawan Jawa Pos saat mengikuti kunjungan gubernur ke Turki, pekan lalu.
Wajahnya ganteng seperti bintang film. Posturnya tinggi dan tegap. Gaya bicaranya ramah dan sopan. Selain fasih berbahasa Inggris, ia juga bisa sedikit berbahasa Indonesia.
Itulah Emin Hitay, President Hitay Investment, yang pekan lalu menandatangani Leter of Intent (LOI) untuk membangun pembangkit listrik tenaga geothermal di Jawa Timur. Penandatangan dilakukan bersama Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Hitay –demikian ia biasa di-panggil– bukan pebisnis biasa. Pria yang sangat berpengaruh di negerinya ini juga menjadi kon-sul kehormatan RI di Istambul sejak 2008. Di rumahnya yang mewah terpampang papan nama Honorary Consul of Indonesia. Bendera merah putih berkibar tiap hari di depan rumahnya yang berhadapan langsung dengan Selat Bosphorus.
Dari halaman belakang rumahnya, kita bisa melihat kokohnya jembatan Bosphorus yang menghubungkan daratan Eropa dan Asia di Kota Andalus. Selat Bosphorus adalah selat yang men-ghubungkan antara Laut Hitam dan Laut Marmara. Selat yang panjangnya sampai 32 kilometer ini menjadi arus lalu lintas perdagangan yang sangat penting di Turki.
Ada dua jembatan yang melintasi Selat Bosphorus. Yakni Jembatan Bosphorus dengan panjang 1.074 meter dan Jembatan Fatih Sultan Mehmet dengan panjang 1.090 meter. Jembatan Bosphorus selesai dibangun pada 1973. Se-dangkan Jembatan Fatih Sultan Mehmet selesai dibangun 1988. Saat ini sedang dibangun tero-wongan kereta bawah laut sepanjang 1.400 meter. Terowongan itu berada di kedalaman 55 meter di bawah permukaan laut.
Di kaki jembatan sisi daratan Eropa itu berdiri empat rumah mewah. Hanya orang-orang sangat kaya yang bisa memiliki rumah dengan pemandangan pantai yang indah seperti itu. Dan, Hitay termasuk salah satu pemilik rumah tersebut.
Di rumah Hitay yang juga menjadi kantor Konsul Kehor-matan RI itulah acara penan-datanganan LOI berlangsung. Sejumlah pengusaha ternama di Istambul hadir. Di antara mereka ternyata memiliki pabrik tekstil di Bogor. Delegasi bisnis Jawa Timur yang didampingi Dubes RI di Ankara Ny Nahari Agustini dijamu makan malam dan disuguhi tarian sufi. Para tamu juga mendapat kesempatan untuk menikmati pemandangan halaman belakang rumahnya yang memperlihatkan Kota Istambul pada waktu malam.
Hitay mengaku telanjur jatuh cinta pada Indonesia. Karena itu, dia tidak keberatan menjadi Konsul Kehormatan RI di Istambul. Bahkan, saking cintanya, Hitay sampai menghiasi punggungnya dengan tatto berganbar burung Garuda Pancasila. Tatto itu dibuatnya pada 14 Februari lalu oleh artis tatto kelas dunia Petroski di Florianopolis, Brazil.
“Saya sangat kagum dengan Garuda Pancasila karena meng-gambarkan keberagaman dalam kebhinekaan. Ini sangat sesuai dengan kondisi di Indonesia. Dunia seharusnya meniru falsafah yang dimiliki Indonesia ini,” katanya mantab.
Sebagai konsul kehormatan RI ia sangat aktif dalam mempromosikan Indonesia di negaranya (Turki). Misalnya, dia membuat perayaan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus di kantornya, dua tahun lalu. Dalam perayaan itu, Hitay sempat menghias Jembatan Bosphorus dengan menghidup-kan lampu merah putih pada makam hari. “Dengan izin wali kota di sini saya pasang bendera merah putih di sepanjang jembatan ini,” jelas Hitay.
Cukup? Belum. Pada malam itu, dia juga mengadakan pesta kembang api dengan biaya ratusan juta rupiah atau puluhan ribu lira Turki. Perayaan kemerdekaan RI untuk kali pertama di Istambul itu dihadiri konsul jenderal AS, Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan sejumlah konsul kehor-matan dari berbagai negara. Juga dihadiri para tokoh masyarakat Istambul serta komunitas bisnis setempat. “Saya lakukan ini semua sebagai ungkapan cinta saya kepada Indonesia,” tuturnya.
Dubes RI di Turki Nahari Agus-tini menceritakan bahwa perayaan kemerdekaan yang digelar Hitay saat itu sangat meriah dan mengesankan. Dubes wanita kelahiran Bangkalan, Madura, ini belum pernah menyaksikan orang asing yang sangat mencintai Indonesia seperti Hitay.
Hitay sudah memiliki delapan pembangkit tenaga listrik tenaga geothermal di berbagai negara. Dia mengenal lebih dekat Indonesia sejak 2006. Saat itu, ia ke Jakarta untuk pertemuan binsis bersama rombongan yang tergabung dalam DEIK (Foreign Economic Board of Turkey) yang dipimpin Menteri Mehmet Ali Sahin. Di Indonesia, delegasi bisnis Turki bertemu Menteri Perindustrian (saat itu) Marie E. Pangestu.
“Saya sangat terkesan dengan kehangatan masyarakat Indonesia, senyum yang selalu mengembang, nilai-nilai kebersamaan, dan keramahtamahan mereka. Sejak pertemuan tersebut, saya merasa punya chemestri dengan masyarakat dan para pejabat Indonesia,” tuturnya.(*/ari)
Tinggalkan Balasan