Didik, Warga Tangerang Korban Tragedi Sukhoi Superjet 100 (1)
Dari puluhan warga negara Indonesia yang menjadi korban tragedi pesawat Sukhoi Supertjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, beberapa diantaranya warga Tangerang. Salah satunya adalah Didik Nur Yusuf, wartawan majalah Angkasa warga Ciledug, Kota Tangerang.
Suasana duka masih menyelimuti kediaman korban Didik Nur Yusuf di Jl. Jambu, Blok H3, No 6, Perumahan Puri Kartika Baru, Ciledug, Kota Tangerang. Sejumlah kerabat dan tetangga datang silih berganti berdatangan menanti kabar terkait jatuhnya pesawat Sukhoi buatan Rusia itu.
Di ruang tamu, sejumlah foto Didik tampak terpampang. Dari posenya, Didik memang dikenal sebagai wartawan yang menyukai tantangan. Dalam foto yang terpasang nampak Didik sedang berfoto dengan para anggota Datesemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri. Tertulis di sisi kanan foto itu kata-kata liputan khusus.
“Ayah orangnya berani dan selalu senang tantangan. Tapi, dia juga sosok yang hangat dan penuh kasih sayang,” kata Abdul Haris Dirgantara (14), anak tunggal Didik Nur Yusuf, Jumat (11/5/2012).
Didik dikenal suka meliput kegiatan yang berbau menantang. Tugasnya memang hanya mengambil gambar. Tapi, gambar yang diambil selalu tentang pesawat. “Saya sangat mengagumi sosok ayah, dia pemberani dan tidak pernah menyerah. Kalau sudah liputan, pasti ayah menyiapkan segala sesuatunya agar kualitas gambarnya sempurna,” kenang Haris yang masih mananti kejelasan kabar ayahnya tersebut.
Sedang di mata sejawatnya, seperti Legal and Industrial Relation Officer KG Magazine Group Zico Raniwela, Didik adalah wartawan senior dan fotografer terbaik yang dimiliki Majalah Angkasa. Didik bergabung di Majalah Angkasa sejak tahun 1990, setelah sebelumnya di Majalah Hai dan Tabloid Otomotif. “Spesialisasi keduanya memang mengikuti kegiatan penerbangan seperti ini (Sukhoi),” jelas Zico.
Yully Nur Zulaiha (51), kakak kandung Didik Nur Yusuf punya pendapat lain tentang adiknya. Bahkan, Yully yang masih berkeyakinan Didik masih hidup mengatakan, Didik adalah sosok yang sangat dekat dengan keluarga. “Didik dikenal sebagai pribadi yang hangat dan peduli terhadap siapapun. Dia juga berani, sikap itulah yang membuat Didik begitu dekat dengan keluarga,” kata Yully tentang anak ke-12 dari 13 bersaudara tersebut.
Masih kata Yully, dedikasi Didik terhadap pekerjaannya memang luar biasa. Menurut Yully, adiknya itu sangat menyukai dunia fotografi dan tantangan. Karena itulah, Didik menganggap profesinya sebagai fotografer adalah suatu sarana pelampiasan kebutuhan, bukan sebagai pekerjaan. “Kami masih berharap dia bisa hadir kembali di tengah-tengah kami. Apalagi, rencananya libur tanggal 17 Mei ini kami mau refreshing pergi ke Villa Rasamala di Gunung Bunder, Bogor,” ucapnya sambil terisak.
Kehangatan dan keberanian Didik diamini Gunawan Wicaksono (32), keponakan Didik. Menurutnya, di keluarga yang banyak yang menjadi wartawan ini, Didik tak segan membagi ilmu jurnalistik yang dikuasainya. “Kami sering berbagi informasi mengenai apa saja,” ujar pria yang juga fotografer Koran Tempo ini.
Menurut Gunawan, Didik adalah fotografer hebat. Karena selama ini Didik sering menjadi nara sumber untuk acara seminar bertema fotografi dirgantara. ”Beliau itu di kalangan para fotografer dikenal sebagai fotografer dari udara ke udara (air to air), yakni memotret objek pesawat secara langsung dari udara,” tandasnya.
Berbagai jenis pesawat sudah dinikmati Didik. Hal itu terlihat dari beberapa foto dokumen pribadinya. Salah satu pesawat yang mengesankan bagi Didik adalah ketika pria bertubuh kekar itu naik pesawat tempur F16, pada 2009 silam. Dengan pakaian penerbang lengkap, Didik membidikan kamera ke wajahnya saat terbang di atas ribuan kaki dari daratan.
Karena sudah piawai, kata Gunawan, Didik tidak pernah mau naik pesawat yang baru terbang. Tapi, entah, katanya, untuk saat ini Didik mau naik. “Mungkin petimbangannya penerbangan pertama pesawat Sukhoi itu sudah sukses. Bahkan sebelum berangkat kerja, sudah bilang kepada istrinya tidak ikut terbang, tapi mau menunggu di Halim saja,” pungkasnya.(pane)