Siapa yang paling berperan dalam keberhasilan Banten merebut medali emas Aeromodeling nomor tri lomba free light? Jika ditanyakan kepada Novandri Sebastian, sang peraih emas, maka jawabannya adalah Ahmad Iswadi. Sang pelatih.
Siang itu, Kamis (6/10), matahari bersinar sangat terik di Bandara Japura Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Sesekali angin berhembus kencang. Pelatih Aeromodeling Banten, Ahmad Iswadi berdiri di tengah lintasan Bandara. Tangan kanannya memegang pesawat F1A milik Novandri. Sementara tangan kirinya menjepit sebatang rokok. Sesekali dia menghisap tembakau lalu dihembuskannya.
Pria kelahiran Merauke Papua 38 tahun lalu itu juga terlihat mengawasi udara. Dilihatnya burung-burung yang beterbangan ke sana-ke mari. Terlihat sangat santai meski saat itu merupakan salah satu babak menentukan dalam perlombaan tri lomba free light.
Siapa sangka? Rokok yang dihembuskannya bukanlah gaya-gayaan. Asap rokok dan angin sangatlah membantu keberhasilan terbang pesawat mini milik Novandri yang sore itu berlomba di nomor F1A atau pesawat tarik tanpa mesin cabang olahraga Aeromodeling. Melalui asap rokok, Iswadi dapat mengetahui kecepatan angin yang bisa membawa pesawat mini anak asuhnya terbang tinggi. Sementara pergerakan burung membantunya mencari thermal, udara hangat yang naik pada ketinggian rendah atmosfer Bumi. Thermal berfungsi untuk melambungkan pesawat aeromodeling dari daratan ke angkasa.
“Tidak banyak yang mengetahui bagaimana pesawat aeromodelling bekerja. Kami butuh angin dan thermal agar pesawat bisa terbang. Kalau laki-laki akan menggunakan rokok untuk mengetahui arah angin sementara perempuan akan memakai obat nyamuk untuk tujuan yang sama. Sementara thermal, memang agak sulit dicari. Kita bisa menggunakan tanda-tanda alam. Kalau burung terbang tidak mengepakkan sayap, itu berarti dia sedang mencari thermal. Jadi kalau kita lihat burung mengepakkan sayap, berarti sedang ada thermal di wilayah tersebut,” beber Ahmad Iswadi.
Memang, untuk mendapatkan kemampuan membaca tanda-tanda alam tidaklah mudah. Iswadi butuh latihan serius selama puluhan tahun untuk memperoleh kepandaian tersebut.
Pria asli Ciomas kelahiran Merauke itu memulai hobi Aeromodelling sejak duduk di bangku STM Penerbangan Malang pada tahun 1990. Setelah itu, prestasinya di olahraga langit itu kian menanjak. Empat tahun berselang, Iswadi memecahkan rekor nasional untuk terbang terlama yang masih belum dipecahkan hingga hari ini. Di tahun 2004, mewakili Provinsi Papua, dia mendapatkan medali emas pertamanya di cabor Aeromodelling. Dua tahun berikutnya Iswadi gantung pesawat dan memilih karir sebagai pelatih.
Banten merupakan tempatnya mengawali karir kepelatihan Aeromodelling. Setelah dua tahun mempersiapkan tim dengan tekun, Iswadi mengantarkan atlet-atletnya meraih dua medali emas dan satu medali perak pada PON XVII Kaltim di tahun 2008. Prestasi merebut emas kembali dipertahankannya di PON Riau XVIII setelah sukses mengantar Novandri Sebastian menjuarai trilomba free light. Medali masih bisa ditambah andaikata Ahmad Tamami mampu merebut emas di nomor F3J yang akan berlangsung, Rabu (12/9).
“Setelah PON Riau, saya akan fokus mempersiapkan Aeromodelling yang akan dipertandingkan di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Banten 2014. Masuknya Aeromodelling ke Porprov sangat perlu untuk mencari atlet-atlet baru. Tapi sebelumnya, saya akan pindah rumah dulu dari Merauke ke Serang tahun depan,” pungkas pria yang mengantongi sertifikat sebagai pelatih nasional tersebut. (gatot riswandi dari riau)