800 Kg Sabu Masuk Lewat Dadap
TANGERANG,SNOL Pelabuhan Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang kembali jadi pintu masuk penyelundupan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Senin (5/1) lalu, sebuah kapal mengangkut 800 Kg sabu senilai 1,6 triliun melalui Dadap. Beruntung, Badan Narkotika Nasional (BNN) berhasil melakukan penyergapan dan menangkap 9 tersangka di hari yang sama.
Penyelundupan sabu 800 Kg melalui Dadap terbilang sangat matang. Sabu tersebut dipasok sindikat Wong Chi Ping dari Guangzhou, China dan diselundupkan melalui jalur laut menggunakan kapal besar. Kemudian di tengah laut dipindahkan ke kapal nelayan kecil dan dibawa ke Pelabuhan Dadap.
Kemarin (6/1), Badan Narkotika Nasional melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di pelabuhan Dadap, Kabupaten Tangerang. Petugas BNN membawa serta anggota sindikat Wong Chi Ping, pelaku penyelundupan sabu. Salah seorang diantaranya Sujardi yang menjadi nakhoda kapal tongkang pembawa sabu dari tengah laut ke pelabuhan Dadap
Menurut Sujadi, dia mengaku bekerja bersama Wong Chi Ping karena lantaran dijanjikan dapat menjadi kapten di sebuah kapal besar. Namun, dia tidak mengetahui barang yang diantarkan merupakan sabu seberat 800 Kg.
Sujardi menceritakan, ketika itu dia bersama kedua Anak Buah Kapal (ABK) lainnya yakni Salim dan Andika ditugaskan menemui sebuah kapal besar di tengah laut di Kepulauan Seribu. Kemudian, di tengah kapal itu, dia melakukan serah terima barang dengan ABK kapal besar yang diisi oleh warga negara asing. Perjalanan yang ditempuh setelah melaku-kan serah terima dari tengah laut ke Pelabuhan Dadap memakan waktu 15 jam.
“Kita hanya diberitahu disuruh bertemu di titik kordinat, tapi saya lupa kordinatnya. Sekitar perairan kepulauan Seribu tapi itu jalur international. Kita cuma serah terima tidak tahu apa yang diserahkan karena bahasanya enggak ngerti. Besarnya (kapal itu) dua kali lipat dari ini, isinya orang asing semua,” ungkapnya.
Setelah merapat, barang tersebut kemudian kembali diserahterimakan ke sebuah mobil boks yang sudah menunggu di pelabuhan Dadap. “Kita sampai sini (pelabuhan Dadap) Senin jam 09.00 WIB, terus pindahkan barang ke mobil boks oleh dua orang,” tandas dia. Semenjak sabu dipindahkan dari laut lepas ke Dadap, petugas BNN sebenarnya sudah melakukan pengintaian. Namun BNN sengaja tidak langsung menggerebek dua tersangka tersebut karena perahu ikan yang digunakan untuk membawa sabu tersebut berulang kali transit. Hal ini berarti ada kiriman narkoba dalam jumlah yang fantastis dari kapal tersebut.
Selanjutnya, sabu yang dikemas dalam kantong kopi ginseng itu dibawa ke Jakarta oleh dua lelaki yang kini menjadi tersangka, Senin siang (5/1). Kedua lelaki itu bertemu dengan tujuh rekan mereka di Lottemart Jalan Satu Maret, Pegadungan, Kalideres. Mereka hendak berganti mobil dari minibus menjadi mobil Luxio lain berplat nomor B 1207 SOQ. Saat mengganti mobil itulah, 9 tersangka disergap.
Petugas langsung mengamankan ke-9 pelaku yang terdiri dari 5 orang warga negara asing (2 Hongkong dan 3 Malaysia). Yakni Tan Ting, Taim Siu lung, Chung Ning, Suy Euk Feyng, dan Wong Ching Ping.
Sementara 4 sisanya warga negara Indonesia, yakni Syarifudin Nurdin dan Salim serta dua tersangka berinisial AGK dan SYD. Syarifudin Nurdin dan Salim diketahui sebagai anak buah kapal yang membawa barang tersebut dari luar negeri. Sedangkan lainnya merupakan buronan yang dikejar selama tiga tahun oleh tujuh negara.
Deputi Pemberantasan BNN Brigjen Dedi Fauzi mengungkapkan pihaknya bekerjasama dengan negara-negara lain untuk menangkap sindikat tersebut. Ada tujuh negara yang sudah mengejar mereka tapi tak pernah ditangkap. Mereka buronan pemerintah Malaysia, Filipina, Myanmar, China, Hongkong, Makau, dan Indonesia.
Kesembilan pelaku ini mengedarkan sabu ke seluruh negara Asia melalui jalur laut. Sedangkan Sabu yang mereka edarkan berasal dari Guangzhou, China. Mereka menyasar wilayah Asia, dan Indonesia sebagai pusatnya.
Badan Narkotika Nasional membutuhkan waktu tiga tahun untuk membongkar sindikat Wong Chi Ping atau WCP, pelaku penyelundupan 800 kilogram sabu melalui Dadap, Kabupaten Tangerang. Penyamaran dilakukan selama bertahun – tahun untuk memperoleh informasi akurat.
Penyamaran dilakukan anggota BNN. Salah satunya adalah dengan menjadi peneliti kelautan. Setiap hari anggota tersebut berada di wilayah Dadap untuk memantau pergerakan target incaran. Waktunya dihabiskan di perahu nelayan. Terkadang juga dia menjadi nelayan ke tengah lautan untuk mengecek aktivitas target yang mulai bergerak ke tengah lautan.
Deputi Pemberantasan BNN Irjen Deddy Fauzi el-Hakim mengatakan, WCP sudah sejak lama menjadi incaran. Paa Mei 2014, dia berupaya menyelundupkan 500 kg sabu, namun upaya itu gagal. “Kapal dia karam karena ombak tinggi,” ujar Deddy.
Penyelidikan berlanjut hingga akhirnya meringkus WCP dan delapan kaki tangannya beserta barang bukti yang diklaim terbesar selama sejarah pemberantasan narkotika di Asia.
“Thailand pernah mengungkap 100 sampai 200 kilogram sabu. Ternyata ini lebih besar lagi,” katanya. (all/end/gatot/aditya/jpnn/satelitnews)